Iklan Klenik

Posted by Nipissi

The Illuminati (plural of Latin illuminatus, "enlightened") is a name given to several groups, both real (historical) and fictitious. Historically the name refers to the Bavarian Illuminati, an Enlightenment-era secret society founded on May 1, 1776. In more modern contexts the name refers to a purported conspiratorial organization which is alleged to mastermind events and control world affairs through governments and corporations to establish a New World Order. In this context the Illuminati are usually represented as a modern version or continuation of the Bavarian Illuminati.

-----

Posted by Nipissi

Agama Yahudi
Ajarannya disebut "Yudaisme" karena bersifat ke-bangsa-an dan khusus bagi bangsa Yahudi atau Bani Israil, yaitu ajaran yang berasal dari agama yang diturunkan Allah untuk bani Israil dengan perantaraan utusan-Nya yaitu Musa a.s. Kitab sucinya dinamakan Thaurat (wasiat lama) yang aslinya tidak ditemukan lagi sekarang.
Agama bangsa yahudi diperoleh dari Ibrahim a.s., melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s. Agama bangsa Yahudi dipercaya diperoleh dari garis keturunan Ibrahim a.s., kemudian dilanjutkan melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s.
Menurut alur Al-Kitab asal usul bangsa Yahudi adalah keturunan salah satu cabang ras Semitik purba yang berbahasa Ibrani (kejadian 10:1, 21-32;1) (tawarikh 1:17-28, 34;2:1,2). Hampir 4000 tahun yang lalu, Ibrahim nenek moyang mereka beremigrasi dari kota besar Ur Kasdim yang sangat makmur di Sumeria ke negeri Kanaan. Darinya garis keturunan orang Yahudi dimulai dengan Ishak puteranya dan Yakub cucunya, yang namanya diubah menjadi Israel (kejadian 32:27-29).
Israel mempunyai 12 putera, yang menjadi pendiri 12 suku. Salah seorang dari mereka adalah Yehuda yang akhirnya dari namanya berasal kata "Yahudi" 2 raja 16:6, JP.
Diantara garis keturunan tersebut, bagi bangsa Yahudi Musa a.s. mendapat tempat yang sangat istimewa meskipun Isa a.s. juga diutus untuk bangsa Israel. Musa dianggap memenuhi peranan penting sebagai perantara perjanjian Taurat yang Allah berikan kepada Israel, disamping sebagai nabi, hakim, pemimpin dan sejarawan (Keluaran 2:1-3:22).
Agama ini percaya pada keesaan Tuhan secara mutlak (monoteis) dan menganggap Allah turun-tangan dalam sejarah manusia, khususnya berkenaan dengan orang Yahudi. Ibadat bangsa Yahudi menyangkut beberapa perayaan tahunan dan berbagai kebiasaan. Meskipun tidak ada kredo atau dogma yang diterima oleh semua orang yahudi mengenai keesaan Allah yang dinyatakan dalam Shema, yaitu doa berdasarkan kitab Ulangan 6:4, merupakan bagian terpenting ibadat sinagoge:
"Dengarlah, Hai bangsa Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa".
Pada mulanya Nabi Musa a.s. mengajarkan kepada umatnya tentang ada dan esanya Allah. Tetapi ajaran murni ini akhirnya berubah karena sifat "exclusive nasionalistic" penganutnya. Perubahan tersebut dapat dilihat dari sumber prinsipil Syahadat mereka "Schema Yisrael, adonai alaheynu adonai achud" Ulangan: [6][4] yang didalam pelaksanaannya rasa kebangsaan diatas segalanya sehingga keesaan Allah sendiri menjadi kabur.
Ajaran Yudaisme tidak menyebut adanya hari kiamat, akhirat, siksaan pada hari akhirat dan pembalasan dalam bentuk pahala. Mereka tidak membicarakan keselamatan pribadi penganut-penganut ajaran mereka. Kepada mereka selalu diindoktrinasikan adanya kejayaan yang abadi dipalestina sebagai negara yang dijanjikan Tuhan bagi minoritas Yahudi, satu-satunya umat yang berhak mewarisi bumi Tuhan sebagai umat yang terpilih.
Hingga kini kita dapat melihat mengapa Israel begitu ngotot menguasai Palestina dengan menteror semua bangsa yang bukan Yahudi agar minggat dari tanah Palestina.
Peribadatan mereka dilakukan terutama pada hari sabtu mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Segala pekerjaan tangan seperti menyalakan lampu, memadamkan api dan lain-lainnya terlarang pada hari tersebut. Pelanggaran terhadap ketentuan diatas diberi ancaman keras. Mereka dianjurkan berjamaah dan minimal 10 orang dan dilakukan tiga kali sehari. Sebelum sembahyang mereka juga berhadas dan mengambil wudhu. Di dalam sembahyang mereka diharuskan memakai penutup kepala.
Puasa mereka dilakukan pada hari-hari tertentu, seperti "Yom Kippur" selama 24 jam, tanggal 10 bulan Tishri dan setiap hari senin dan kamis. Didalam kitab Imamat orang lewi Thaurat [10]:[9], [10]:[11] minuman yang memabukkan terlarang bagi setiap penganut ajaran Yudaisme. Larangan ini tidak pernah diperdulikan, malah minuman keras merupakan suatu keharusan didalam upacara-upacara keagamaan dan mereka meminumnya atas nama Tuhan.
Setiap orang yahudi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran mereka kepada orang-orang yang bukan keturunan Yahudi, sehingga ajaran mereka bersifat "non missionary". Orang Yahudi tidak mengakui adanya Nabi Isa a.s. Mereka menentang sekali ketuhanan Isa atau Yesus yang diajarkan oleh agama Kristen. Juga tidak mengenal pejabat agama (hirarki gereja).
Bangsa Yahudi mendasari doktrin keagamaan mereka atas dasar Sepuluh perintah Tuhan yakni:
  1. Jangan ada padamu Allah selain Aku.
  2. Jangan membuat bagimu patung, atau yang menyerupai apapun yang ada dilangit diatas, atau dibumi ......dibawah, atau didalam air dibawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya...(pada permulaan zaman ini, sekitar 1513 SM, perintah unik dalam penolakannya mengenal penyembah berhala).
  3. Jangan engkau bersumpah palsu demi Tuhan Allahmu....
  4. Ingatlah hari Sabat dan peliharalah suci. ... Tuhan memberkati hari Sabat dan menyucikannya.
  5. Hormatilah ayahmu dan ibumu...
  6. Jangan membunuh.
  7. Jangan berzina.
  8. Jangan mencuri.
  9. Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu.
  10. Jangan mengingini rumah sesamamu...isteri...hamba laki-laki atau perempuan...lembu atau keledainya, atau apapun milik sesamamu (keluaran 20:3-17).
Namun sejatinya kaum yahudi masa kini lebih menitik beratkan kepada talmud yaitu kitab yang paling mereka agungkan lebih dari pada taurat.

Agama Kristen
Agama kristen memiliki sejarah kekisruhan terlama didunia, meski diakui bahwa ajarannya bersumber dari Yesus (Nabi Isa a.s.) tetapi penelusuran sejarah menunjukkan bahwa peranan Yesus (Nabi Isa a.s.) dalam ajaran kristen masa kini sudah kehilangan eksistensinya, karena sebagian besar isi kitab Injil adalah tulisan seorang Yahudi yaitu Raul/Paul yang belakangan disebut sebagai Paulus.
Istilah Kristen sesungguhnya juga bukan berasal dari nama yang dibawa oleh Nabi Isa a.s. (Yesus) istilah Kristen muncul dan erat hubungannya dengan peristiwa penyaliban Yesus (Cross-salib) dari istilah inilah kemudian muncul istilah Kristus (orang yang disalib) dan pengikutnya disebut sebagai umat Kristen. sementara sebutan Nasrani bagi penganutnya bersumber dari sejarah perjalanan Dakwah Yesus di tanah Nazareth (Nasharo). Sebagian lagi mengatakan Nazareth adalah tempat kelahiran Yesus. Akan tetapi sebagian orang Kristen menyangkalnya, menurut mereka Yesus lahir di Bethlehem. Hal ini dihubungkan dengan persoalan nubuat yang akan dibahas kemudian.
.
Yesus dan Paulus
Sebagian dari sarjana telah menitikberatkan perhatiannya pada tulisan-tulisan Paulus dalam Kitab Perjanjian Baru, yang dimulai oleh F.C. Baur dari Tübingen. Mereka mengatakan bahwa dalam Perjanjian Baru terdapat dua aliran yang sangat bertentangan satu sama lain, yaitu ajaran-ajaran Yesus dengan ajaran-ajaran Paulus. Bagi mereka, ajaran Yesus telah diubah oleh Paulus sedemikian rupa, sehingga pada hakikatnya Pauluslah yang merupakan pendiri agama Kristen yang dianut oleh banyak orang saat ini.
Ketika Yesus mengajarkan bahwa manusia dapat mencapai kerajaan surga dengan bertobat dan berbuat baik, maka Paulus mengatakan bahwa dosa manusia telah ditebus Yesus. Dengan menyadari dosa yang telah dilakukannya dan menyelami kejahatan manusia. Paulus mengembara meletakkan tiang-tiang agama Kristen dengan doktrin tentang Yesus sebagai penebus dosa, yang telah membebaskan manusia sejak jatuhnya Adam.
Ajaran penebusan dosa oleh darah Kristus atas umat manusia, suatu dosa yang menurut ajaran Gereja dibawa sebagai warisan turun temurun sejak jatuhnya Adam, yang merupakan bagian dari skema Tritunggal, kemudian ditentang pula oleh kaum Kristen sendiri. Pada abad kelima, Pelagius menyatakan dengan tegas di Roma, bahwa dosa adalah suatu perbuatan, bukan suatu keadaan setiap manusia bertanggung jawab atas dosanya sendiri. Dengan keyakinan yang sempurna Paulus mengajarkan Injilnya tentang Yesus yang tidak diajarkan Yesus dalam Injil-injil sinoptik.
Tatkala Yesus mengatakan dengan tegas kepada dua belas muridnya: "Jangan kamu menyimpang kejalan bangsa lain atau masuk kedalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius, 10:5-6) dan mengatakan "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius, 15:24).
Paulus kemudian menentangnya, karena kelemahannya (Isa a.s.) menghadapi orang Yahudi, dan kemudian ia mengembara kenegeri-negeri orang kafir. (Kisah Para Rasul, 22:18-21). Yesus yang sejak awal sampai akhir hidupnya bertindak sesuai dengan hukum Taurat, yang menyuruh manusia menaati Musa (Markus, 1:44) dan yang mengatakan:
"Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya" (Matius, 5:17). Paulus dengan tegas menentang: "sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Roma, 3:20). "sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada dibawah hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia" (Roma, 6:14). "sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus" (Galatia, 2:26).
Adanya pertentangan kedua injil ini Wrede berkata: "Maka terdapatlah suatu celah yang tak terhubungkan antara Yesus dan Paulus. Paulus adalah pendiri kedua dari agama Kristen. Pendiri kedua ini tidak syak lagi bertentangan dengan pendiri yang pertama dalam keseluruhannya dan yang terkuat - tetapi tidak lebih baik".
Teolog-teolog itu bertanya: hak apakah yang dipergunakan oleh Paulus untuk mengubah atau menghapus hukum Taurat, sedangkan dia bukanlah Kristus atau Messias, bukan Nabi, malah bukan murid Yesus. kekuasaan apa yang dipergunakannya untuk berkata:
 "Jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu" (Galatia, 5:2), sedangkan Yesus (Lukas, 2:21) dan seluruh muridnya bersunat.
.
Tritunggal
Dengan meragukan keaslian Injil, kaum terpelajar berpendapat, bahwa dogma Tritunggal dan skemanya, seperti penebusan dosa dengan darah Yesus (atonement) yang tidak dapat diterima oleh akal, bukanlah ajaran Yesus. Kaum terpelajar berpendapat bahwa ajaran Tuhan Bapa telah masuk kedalam ajaran Kristen dari paham Yunani. Mitos Yunani mengenai istilah Zeus-Pater atau Yupiter sebagai Tuhan Bapa.
Demikian pula tentang penjelmaan Tuhan kedalam tubuh manusia yang merupakan ajaran Yunani, telah masuk pula kedalam ajara agama Kristen. Dalam ajaran agama Kristen, meskipun ibu Yesus yang bernama Maria bersuamikan Yusuf situkang kayu, tetapi sebelum Maria kawin dengan Yusuf, yaitu sejak mereka bertunangan, Maria telah mengandung dan melahirkan Yesus. Dan Yesus adalah anak Tuhan. Menurut sarjana-sarjana, cerita ini sama dengan cerita Herkules sebagai anak dari Tuhan Bapa yang bernama Zeus-Pater.
Ibu Herkules, Alkmene, telah mengandung dan melahirkan anak (dengan Tuhan Bapa) yang bernama Herkules. Jadi kedua-duanya, Yesus dan Herkules, beribu manusia tetapi berayahkan Tuhan Bapa. Kedua-duanya adalah Anak-Tuhan, keduanya adalah Tuhan.
Anehnya kedua cerita ini bersamaan pula dengan dongeng atau cerita agama Hindu. Krishna, juga beribukan manusia, yaitu Devanaki, penjelmaan dari Wishnu sebagai anak Tuhan dan ayahnya adalah juga Tuhan Bapa atau Zupitri, yaitu Brahma. Krishna adalah Tuhan atau anak Tuhan, tepat seperti Kristus. Para ahli sejarah agama Jerman, seperti Bruno Freydank, Prof. Rudolf Seydel, Dr. Hubbe-Scheiden, Th. Schultze, K.E. Neumann membuktikan pula bahwa sebenarnya agama Kristen mempunyai hubungan erat dengan Hinduisme.
Mereka memastikan bahwa agama Kristen tumbuh dari Hinduisme dan Budhisme.
Ini dapat diterangkan menurut persamaan dengan apa yang kita temui dalam cerita Herkules; Bapanya bernama Zeus, namun ayahnya-manusianya adalah Amphitryon. Demikian pula Yesus, menurut Matius, disamping Anak Tuhan juga disebut anak Yusuf. Dongeng Herkules tertua menyebut Amphitryon disebut tunangan Alkmene. Demikian pula yang dikhotbahkan dalam Injil Matius.
Persamaan ajaran-ajaran dan dongeng-dongeng Yunani dengan ajaran-ajaran Gereja begitu banyaknya, sehinggga sebagian besar sarjana berpendapat bahwa cerita-cerita dalam Injil-injil itu pada hakikatnya adalah mitos-mitos yang dibuat-buat manusia.
Sebagian kristolog membuktikan bahwa ada hubungan antara ajaran-ajaran Kristen dengan dongeng Yunani, maka sebagian lagi membuktikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara dongeng-dongeng Hindu dan ajaran-ajaran Gereja.
Bagi mereka, ajaran-ajaran dan mitos Hindu telah dipakaikan busana dan perhiasan Barat serta dinamakan agama Kristen, tetapi kerangka dasarnya tetap ajaran Hindu. Th. J. Plange berkata:
"kita tidak mendapat kabar baru tatkala kita mendapatkan bahwa penjelmaan Tuhan menjadi manusia, yaitu turunnya Tuhan keatas bumi untuk menebus dosa makhluknya, yang dasarnya agama Hindu. Setiap orang akan mengetahui apabila mereka membaca buku Hindu. Seterusnya kitab-kitab suci agama Kristen diambil dari dongeng-dongeng Hindu, dari cerita Krishna dan Budha, adalah sangat mungkin dan dapat dianggap hampir pasti. Dalam penyatuan kedua dongeng-dongeng keagamaan dari India yang penting ini, dengan mudah kita menemukan lagi seluruh bagian keempat Injil Kristen yang penting itu.
Akhirnya terbukalah rahasia kepada para Ahli ini. Memang bahasa Sansekerta serta dongeng-dongengnya bersamaan dengan bahasa serta dongeng-dongeng Yunani. Kedua aliran ini, Yunani dan Hindu, dalam ukuran tertentu, telah mempengaruhi agama Kristen. Namun yang menjadi pertanyaan ialah, bagaimanakah ajaran-ajaran dan mitos-mitos ini memasuki Perjanjian Baru? Banyak sarjana mengemukakan pendapatnya.
David Friedrich Strauze mengatakan bahwa mitos-mitos dalam Perjanjian Baru timbul karena kehendak penulis-penulis Injil, bahwa nubuat dalam Perjanjian Lama harus dipenuhi. Begitu juga keajaiban Yesus, katanya, merupakan penjelmaan-penjelmaan dongeng. Dikemukakannya dalam bukunya 'Das Leben Jesu' atau 'Riwayat Hidup Jesus', bahwa riwayat Jesus terbagi dalam dua bagian, yaitu "Yesus dalam batas-batas sejarah" dan "riwayat dongeng Yesus dalam kejadiannya dan pertumbuhannya" yang terakhir ini menerangkan bagaimana timbulnya dongeng Yesus sebagai Anak Tunggal Tuhan yang turun untuk menebus dosa manusia, dari mana asalnya ceritera bintang yang jalan dilangit dan berhenti ditempat kelahiran Yesus, bagaimana timbulnya pemenuhan nubuat dalam Perjanjian Baru yang dipaksakan; karena Messias yang dijanjikan itu haruslah anak Daud, maka penulis Injil telah membuat kesalahan ketika mengatakan bahwa bapak Yesus adalah Yusuf, tunangan Maria yang berasal dari turunan Daud, sedangkan Yusuf bukanlah ayah Yesus, sebab Yesus telah dinyatakan sebagai Anak Tuhan Bapa oleh penulis Injil.
Demikian pula Strausz berpendapat, bahwa ia juga membuktikan bahwa Perjanjian Baru bukanlah merupakan pencatatan kitab pada zaman Yesus, tetapi baru ditulis lama berselang setelah Yesus wafat. Ia mengatakan bahwa mitos-mitos itu timbul secara tidak disadari.
Perjanjian Baru ditulis dengan tambahan mitos-mitos yang secara tidak sadar dibentuk dalam masyarakat Kristen, sebagai pernyataan untuk memenuhi kedatangan Messias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama...Menurut Strausz, tatkala orang datang menemui Yesus, mula-mula dalam jumlah sedikit, kemudian banyak, mereka berpikir bahwa segala sesuatu harus terjadi padanya sebagaimana yang dinubuatkan dan diterangkan dalam Perjanjian Lama...
Karena Messias itu haruslah anak Daud sebagaimana yang dinubuatkan Mikha, maka ia harus dilahirkan di Bethlehem. Karena Musa telah melakukan keajaiban-keajaiban, maka Yesus harus pula melakukan keajaiban-keajaiban.
Karena Yesaya meramalkan bahwa pada masa itu orang buta akan melihat, orang tuli akan dapat mendengar, orang lumpuh akan meloncat seperti rusa jantan dan lidah orang bisu akan dapat berbicara, maka orang-orang telah mengetahui sampai kedetil-detilnya keajaiban-keajaiban apa yang harus dilakukan Yesus, kalau beliaulah Messias yang dinanti-nantikan itu.

Sedangkan sarjana-sarjana yang dipelopori Bauer berpendapat bahwa Philo-lah yang turut bertanggung jawab membentuk medium yang memperkenalkan unsur-unsur Yunani seperti Plato (428-389 Seb-M),
Heraklitus dan aliran Stoa kepada agama Kristen. Orang Yahudi dari Alexandria inilah yang turut serta membentuk wadah agama Kristen dengan memadukan ajaran-ajaran Yunani itu dengan ajaran Yahudi, yang kemudian 'dijiplak' oleh penulis Injil. Karya Philo adalah sumbangan pendahuluan ajaran Yahudi kepada ajaran Kristen; filosof Yahudi ini telah mengerjakan falsafah Yunani sedemikian rupa, sehingga merupakan bentuk awal agama Kristen, dengan melanjutkan karya-karya Heraklius, Plato dan aliran Stoa.
Kisruh mengenai Tritunggal bermula dari filsafat Neoplatonisme yang telah dimasukkan ke dalam Injil Yohanes dengan mengambil istilah "Logos" yang berasal dari Plato itu, sebagai Tuhan yang menjelmakan dirinya menjadi manusia.
Unsur-unsur Neoplatonisme yang paling mencolok dapat dipelajari dari Injil Yohanes. Injil ini paling menarik, karena timbulnya lama sesudah Masehi, dan terpisah, tak bersamaan isinya dengan ketiga Injil Sinoptik, Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas. Oleh karena itu mereka memastikan bahwa Yohanes ini bukanlah murid Yesus, melainkan seorang yang tidak pernah dikenal pada zaman Yesus.
Tatkala Yohanes memulai Injilnya dengan "Pada mulanya adalah Logos (Kalam atau Firman)... Dan seterusnya, maka sesungguhnya Yohanes tidak menulis suatu penyaksian mata tentang perbuatan dan ajaran Yesus, karena teori Logos ini bukanlah tradisi Perjanjian Lama, melainkan dari bahasa filsafat Yunani. Dengan kata-kata ini Yohanes telah membawakan filsafat Neoplatonis dari Philo dan lainnya. Mereka telah mengacaukan perkataan 'firman' dari Perjanjian Lama dengan 'Logos' dari Plato dan kaum Platonis.
Kata 'firman' dalam Perjanjian Lama yang berbunyi "Oleh firman Tuhan, langit telah dijadikan" (Mazmur, 33:6) disamakan oleh kaum Neoplatonis dengan Logos lalu dimasukkan oleh penulis-penulis Injil kedalam Perjanjian Baru. Firman atau perintah Tuhan telah dijadikan Logos atau Tuhan itu sendiri, "yang segala sesuatu dijadikan oleh Dia." Logos atau Tuhan itu sendiri telah menjadi daging atau manusia sebagaimana bunyi Injil Yohanes. Dengan filsafat tersebut, Yesus telah dijadikan daging penjelmaan dari Logos.
Yesus telah dijadikan Anak Tuhan yang oleh karenanya adalah Tuhan juga. Sementara doktrin Tritunggal sendiri diperoleh dari Injil Yohanes "Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di surga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu..." (Yohanes 1: 5-7).
Yang paling mengejutkan ialah, ajaran penjelmaan Tuhan menjadi manusia merupakan wujud inkarnasi, adalah paham inkarnasi dalam ajaran Hindu. Sehingga tak pelak lagi mereka berkesimpulan Injil Yohanes ini jelas memasukkan paham ajaran Hindu kedalam doktrin Kristen melalui filsafat Yunani. Disamping ajaran-ajaran Tritunggal, ajaran penebusan dosa dan sebagainya, juga sakramen, berasal dari Hinduisme, yang membaptiskan anak yang baru lahir disungai Gangga atau dengan air suci.
Origenes (185-254), seorang Bapak Gereja di Alexandria, umpamanya, malah mempercayai ajaran-ajaran reinkarnasi Hindu. Para ilmuwan menyelidiki dan mengambil kesimpulan bahwa misi-misi agama Hindu telah sampai ke Yunani maupun Alexandria, sebelum Yesus lahir (O. Hashem: 1984).
Kisruh mengenai Tritunggal kemudian meluas dengan dilakukannya kongres-kongres (Konsili Nisea) untuk membahas mengenai ketuhanan Yesus mencapai waktu berabad-abad lamanya dan menimbulkan perpecahan dan pembunuhan-pembunuhan bagi pihak yang tidak sepakat pada aliran yang berkuasa.
Berbagai rentetan fakta sejarah dan peristiwa diatas memberi pelajaran bagi kita bahwa, semakin jelas keberadaan agama Kristen tidak lagi dapat dipertahankan argumennya bahwa ia juga termasuk agama wahyu.

Sejarah Nasrani

Posted by Nipissi

Agama Yahudi
Ajarannya disebut "Yudaisme" karena bersifat ke-bangsa-an dan khusus bagi bangsa Yahudi atau Bani Israil, yaitu ajaran yang berasal dari agama yang diturunkan Allah untuk bani Israil dengan perantaraan utusan-Nya yaitu Musa a.s. Kitab sucinya dinamakan Thaurat (wasiat lama) yang aslinya tidak ditemukan lagi sekarang.
Agama bangsa yahudi diperoleh dari Ibrahim a.s., melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s. Agama bangsa Yahudi dipercaya diperoleh dari garis keturunan Ibrahim a.s., kemudian dilanjutkan melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s.
Menurut alur Al-Kitab asal usul bangsa Yahudi adalah keturunan salah satu cabang ras Semitik purba yang berbahasa Ibrani (kejadian 10:1, 21-32;1) (tawarikh 1:17-28, 34;2:1,2). Hampir 4000 tahun yang lalu, Ibrahim nenek moyang mereka beremigrasi dari kota besar Ur Kasdim yang sangat makmur di Sumeria ke negeri Kanaan. Darinya garis keturunan orang Yahudi dimulai dengan Ishak puteranya dan Yakub cucunya, yang namanya diubah menjadi Israel (kejadian 32:27-29).
Israel mempunyai 12 putera, yang menjadi pendiri 12 suku. Salah seorang dari mereka adalah Yehuda yang akhirnya dari namanya berasal kata "Yahudi" 2 raja 16:6, JP.
Diantara garis keturunan tersebut, bagi bangsa Yahudi Musa a.s. mendapat tempat yang sangat istimewa meskipun Isa a.s. juga diutus untuk bangsa Israel. Musa dianggap memenuhi peranan penting sebagai perantara perjanjian Taurat yang Allah berikan kepada Israel, disamping sebagai nabi, hakim, pemimpin dan sejarawan (Keluaran 2:1-3:22).
Agama ini percaya pada keesaan Tuhan secara mutlak (monoteis) dan menganggap Allah turun-tangan dalam sejarah manusia, khususnya berkenaan dengan orang Yahudi. Ibadat bangsa Yahudi menyangkut beberapa perayaan tahunan dan berbagai kebiasaan. Meskipun tidak ada kredo atau dogma yang diterima oleh semua orang yahudi mengenai keesaan Allah yang dinyatakan dalam Shema, yaitu doa berdasarkan kitab Ulangan 6:4, merupakan bagian terpenting ibadat sinagoge:
"Dengarlah, Hai bangsa Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa".
Pada mulanya Nabi Musa a.s. mengajarkan kepada umatnya tentang ada dan esanya Allah. Tetapi ajaran murni ini akhirnya berubah karena sifat "exclusive nasionalistic" penganutnya. Perubahan tersebut dapat dilihat dari sumber prinsipil Syahadat mereka "Schema Yisrael, adonai alaheynu adonai achud" Ulangan: [6][4] yang didalam pelaksanaannya rasa kebangsaan diatas segalanya sehingga keesaan Allah sendiri menjadi kabur.
Ajaran Yudaisme tidak menyebut adanya hari kiamat, akhirat, siksaan pada hari akhirat dan pembalasan dalam bentuk pahala. Mereka tidak membicarakan keselamatan pribadi penganut-penganut ajaran mereka. Kepada mereka selalu diindoktrinasikan adanya kejayaan yang abadi dipalestina sebagai negara yang dijanjikan Tuhan bagi minoritas Yahudi, satu-satunya umat yang berhak mewarisi bumi Tuhan sebagai umat yang terpilih.
Hingga kini kita dapat melihat mengapa Israel begitu ngotot menguasai Palestina dengan menteror semua bangsa yang bukan Yahudi agar minggat dari tanah Palestina.
Peribadatan mereka dilakukan terutama pada hari sabtu mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Segala pekerjaan tangan seperti menyalakan lampu, memadamkan api dan lain-lainnya terlarang pada hari tersebut. Pelanggaran terhadap ketentuan diatas diberi ancaman keras. Mereka dianjurkan berjamaah dan minimal 10 orang dan dilakukan tiga kali sehari. Sebelum sembahyang mereka juga berhadas dan mengambil wudhu. Di dalam sembahyang mereka diharuskan memakai penutup kepala.
Puasa mereka dilakukan pada hari-hari tertentu, seperti "Yom Kippur" selama 24 jam, tanggal 10 bulan Tishri dan setiap hari senin dan kamis. Didalam kitab Imamat orang lewi Thaurat [10]:[9], [10]:[11] minuman yang memabukkan terlarang bagi setiap penganut ajaran Yudaisme. Larangan ini tidak pernah diperdulikan, malah minuman keras merupakan suatu keharusan didalam upacara-upacara keagamaan dan mereka meminumnya atas nama Tuhan.
Setiap orang yahudi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran mereka kepada orang-orang yang bukan keturunan Yahudi, sehingga ajaran mereka bersifat "non missionary". Orang Yahudi tidak mengakui adanya Nabi Isa a.s. Mereka menentang sekali ketuhanan Isa atau Yesus yang diajarkan oleh agama Kristen. Juga tidak mengenal pejabat agama (hirarki gereja).
Bangsa Yahudi mendasari doktrin keagamaan mereka atas dasar Sepuluh perintah Tuhan yakni:
  1. Jangan ada padamu Allah selain Aku.
  2. Jangan membuat bagimu patung, atau yang menyerupai apapun yang ada dilangit diatas, atau dibumi ......dibawah, atau didalam air dibawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya...(pada permulaan zaman ini, sekitar 1513 SM, perintah unik dalam penolakannya mengenal penyembah berhala).
  3. Jangan engkau bersumpah palsu demi Tuhan Allahmu....
  4. Ingatlah hari Sabat dan peliharalah suci. ... Tuhan memberkati hari Sabat dan menyucikannya.
  5. Hormatilah ayahmu dan ibumu...
  6. Jangan membunuh.
  7. Jangan berzina.
  8. Jangan mencuri.
  9. Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu.
  10. Jangan mengingini rumah sesamamu...isteri...hamba laki-laki atau perempuan...lembu atau keledainya, atau apapun milik sesamamu (keluaran 20:3-17).
Namun sejatinya kaum yahudi masa kini lebih menitik beratkan kepada talmud yaitu kitab yang paling mereka agungkan lebih dari pada taurat.

Agama Kristen
Agama kristen memiliki sejarah kekisruhan terlama didunia, meski diakui bahwa ajarannya bersumber dari Yesus (Nabi Isa a.s.) tetapi penelusuran sejarah menunjukkan bahwa peranan Yesus (Nabi Isa a.s.) dalam ajaran kristen masa kini sudah kehilangan eksistensinya, karena sebagian besar isi kitab Injil adalah tulisan seorang Yahudi yaitu Raul/Paul yang belakangan disebut sebagai Paulus.
Istilah Kristen sesungguhnya juga bukan berasal dari nama yang dibawa oleh Nabi Isa a.s. (Yesus) istilah Kristen muncul dan erat hubungannya dengan peristiwa penyaliban Yesus (Cross-salib) dari istilah inilah kemudian muncul istilah Kristus (orang yang disalib) dan pengikutnya disebut sebagai umat Kristen. sementara sebutan Nasrani bagi penganutnya bersumber dari sejarah perjalanan Dakwah Yesus di tanah Nazareth (Nasharo). Sebagian lagi mengatakan Nazareth adalah tempat kelahiran Yesus. Akan tetapi sebagian orang Kristen menyangkalnya, menurut mereka Yesus lahir di Bethlehem. Hal ini dihubungkan dengan persoalan nubuat yang akan dibahas kemudian.
.
Yesus dan Paulus
Sebagian dari sarjana telah menitikberatkan perhatiannya pada tulisan-tulisan Paulus dalam Kitab Perjanjian Baru, yang dimulai oleh F.C. Baur dari Tübingen. Mereka mengatakan bahwa dalam Perjanjian Baru terdapat dua aliran yang sangat bertentangan satu sama lain, yaitu ajaran-ajaran Yesus dengan ajaran-ajaran Paulus. Bagi mereka, ajaran Yesus telah diubah oleh Paulus sedemikian rupa, sehingga pada hakikatnya Pauluslah yang merupakan pendiri agama Kristen yang dianut oleh banyak orang saat ini.
Ketika Yesus mengajarkan bahwa manusia dapat mencapai kerajaan surga dengan bertobat dan berbuat baik, maka Paulus mengatakan bahwa dosa manusia telah ditebus Yesus. Dengan menyadari dosa yang telah dilakukannya dan menyelami kejahatan manusia. Paulus mengembara meletakkan tiang-tiang agama Kristen dengan doktrin tentang Yesus sebagai penebus dosa, yang telah membebaskan manusia sejak jatuhnya Adam.
Ajaran penebusan dosa oleh darah Kristus atas umat manusia, suatu dosa yang menurut ajaran Gereja dibawa sebagai warisan turun temurun sejak jatuhnya Adam, yang merupakan bagian dari skema Tritunggal, kemudian ditentang pula oleh kaum Kristen sendiri. Pada abad kelima, Pelagius menyatakan dengan tegas di Roma, bahwa dosa adalah suatu perbuatan, bukan suatu keadaan setiap manusia bertanggung jawab atas dosanya sendiri. Dengan keyakinan yang sempurna Paulus mengajarkan Injilnya tentang Yesus yang tidak diajarkan Yesus dalam Injil-injil sinoptik.
Tatkala Yesus mengatakan dengan tegas kepada dua belas muridnya: "Jangan kamu menyimpang kejalan bangsa lain atau masuk kedalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius, 10:5-6) dan mengatakan "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius, 15:24).
Paulus kemudian menentangnya, karena kelemahannya (Isa a.s.) menghadapi orang Yahudi, dan kemudian ia mengembara kenegeri-negeri orang kafir. (Kisah Para Rasul, 22:18-21). Yesus yang sejak awal sampai akhir hidupnya bertindak sesuai dengan hukum Taurat, yang menyuruh manusia menaati Musa (Markus, 1:44) dan yang mengatakan:
"Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya" (Matius, 5:17). Paulus dengan tegas menentang: "sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Roma, 3:20). "sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada dibawah hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia" (Roma, 6:14). "sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus" (Galatia, 2:26).
Adanya pertentangan kedua injil ini Wrede berkata: "Maka terdapatlah suatu celah yang tak terhubungkan antara Yesus dan Paulus. Paulus adalah pendiri kedua dari agama Kristen. Pendiri kedua ini tidak syak lagi bertentangan dengan pendiri yang pertama dalam keseluruhannya dan yang terkuat - tetapi tidak lebih baik".
Teolog-teolog itu bertanya: hak apakah yang dipergunakan oleh Paulus untuk mengubah atau menghapus hukum Taurat, sedangkan dia bukanlah Kristus atau Messias, bukan Nabi, malah bukan murid Yesus. kekuasaan apa yang dipergunakannya untuk berkata:
 "Jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu" (Galatia, 5:2), sedangkan Yesus (Lukas, 2:21) dan seluruh muridnya bersunat.
.
Tritunggal
Dengan meragukan keaslian Injil, kaum terpelajar berpendapat, bahwa dogma Tritunggal dan skemanya, seperti penebusan dosa dengan darah Yesus (atonement) yang tidak dapat diterima oleh akal, bukanlah ajaran Yesus. Kaum terpelajar berpendapat bahwa ajaran Tuhan Bapa telah masuk kedalam ajaran Kristen dari paham Yunani. Mitos Yunani mengenai istilah Zeus-Pater atau Yupiter sebagai Tuhan Bapa.
Demikian pula tentang penjelmaan Tuhan kedalam tubuh manusia yang merupakan ajaran Yunani, telah masuk pula kedalam ajara agama Kristen. Dalam ajaran agama Kristen, meskipun ibu Yesus yang bernama Maria bersuamikan Yusuf situkang kayu, tetapi sebelum Maria kawin dengan Yusuf, yaitu sejak mereka bertunangan, Maria telah mengandung dan melahirkan Yesus. Dan Yesus adalah anak Tuhan. Menurut sarjana-sarjana, cerita ini sama dengan cerita Herkules sebagai anak dari Tuhan Bapa yang bernama Zeus-Pater.
Ibu Herkules, Alkmene, telah mengandung dan melahirkan anak (dengan Tuhan Bapa) yang bernama Herkules. Jadi kedua-duanya, Yesus dan Herkules, beribu manusia tetapi berayahkan Tuhan Bapa. Kedua-duanya adalah Anak-Tuhan, keduanya adalah Tuhan.
Anehnya kedua cerita ini bersamaan pula dengan dongeng atau cerita agama Hindu. Krishna, juga beribukan manusia, yaitu Devanaki, penjelmaan dari Wishnu sebagai anak Tuhan dan ayahnya adalah juga Tuhan Bapa atau Zupitri, yaitu Brahma. Krishna adalah Tuhan atau anak Tuhan, tepat seperti Kristus. Para ahli sejarah agama Jerman, seperti Bruno Freydank, Prof. Rudolf Seydel, Dr. Hubbe-Scheiden, Th. Schultze, K.E. Neumann membuktikan pula bahwa sebenarnya agama Kristen mempunyai hubungan erat dengan Hinduisme.
Mereka memastikan bahwa agama Kristen tumbuh dari Hinduisme dan Budhisme.
Ini dapat diterangkan menurut persamaan dengan apa yang kita temui dalam cerita Herkules; Bapanya bernama Zeus, namun ayahnya-manusianya adalah Amphitryon. Demikian pula Yesus, menurut Matius, disamping Anak Tuhan juga disebut anak Yusuf. Dongeng Herkules tertua menyebut Amphitryon disebut tunangan Alkmene. Demikian pula yang dikhotbahkan dalam Injil Matius.
Persamaan ajaran-ajaran dan dongeng-dongeng Yunani dengan ajaran-ajaran Gereja begitu banyaknya, sehinggga sebagian besar sarjana berpendapat bahwa cerita-cerita dalam Injil-injil itu pada hakikatnya adalah mitos-mitos yang dibuat-buat manusia.
Sebagian kristolog membuktikan bahwa ada hubungan antara ajaran-ajaran Kristen dengan dongeng Yunani, maka sebagian lagi membuktikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara dongeng-dongeng Hindu dan ajaran-ajaran Gereja.
Bagi mereka, ajaran-ajaran dan mitos Hindu telah dipakaikan busana dan perhiasan Barat serta dinamakan agama Kristen, tetapi kerangka dasarnya tetap ajaran Hindu. Th. J. Plange berkata:
"kita tidak mendapat kabar baru tatkala kita mendapatkan bahwa penjelmaan Tuhan menjadi manusia, yaitu turunnya Tuhan keatas bumi untuk menebus dosa makhluknya, yang dasarnya agama Hindu. Setiap orang akan mengetahui apabila mereka membaca buku Hindu. Seterusnya kitab-kitab suci agama Kristen diambil dari dongeng-dongeng Hindu, dari cerita Krishna dan Budha, adalah sangat mungkin dan dapat dianggap hampir pasti. Dalam penyatuan kedua dongeng-dongeng keagamaan dari India yang penting ini, dengan mudah kita menemukan lagi seluruh bagian keempat Injil Kristen yang penting itu.
Akhirnya terbukalah rahasia kepada para Ahli ini. Memang bahasa Sansekerta serta dongeng-dongengnya bersamaan dengan bahasa serta dongeng-dongeng Yunani. Kedua aliran ini, Yunani dan Hindu, dalam ukuran tertentu, telah mempengaruhi agama Kristen. Namun yang menjadi pertanyaan ialah, bagaimanakah ajaran-ajaran dan mitos-mitos ini memasuki Perjanjian Baru? Banyak sarjana mengemukakan pendapatnya.
David Friedrich Strauze mengatakan bahwa mitos-mitos dalam Perjanjian Baru timbul karena kehendak penulis-penulis Injil, bahwa nubuat dalam Perjanjian Lama harus dipenuhi. Begitu juga keajaiban Yesus, katanya, merupakan penjelmaan-penjelmaan dongeng. Dikemukakannya dalam bukunya 'Das Leben Jesu' atau 'Riwayat Hidup Jesus', bahwa riwayat Jesus terbagi dalam dua bagian, yaitu "Yesus dalam batas-batas sejarah" dan "riwayat dongeng Yesus dalam kejadiannya dan pertumbuhannya" yang terakhir ini menerangkan bagaimana timbulnya dongeng Yesus sebagai Anak Tunggal Tuhan yang turun untuk menebus dosa manusia, dari mana asalnya ceritera bintang yang jalan dilangit dan berhenti ditempat kelahiran Yesus, bagaimana timbulnya pemenuhan nubuat dalam Perjanjian Baru yang dipaksakan; karena Messias yang dijanjikan itu haruslah anak Daud, maka penulis Injil telah membuat kesalahan ketika mengatakan bahwa bapak Yesus adalah Yusuf, tunangan Maria yang berasal dari turunan Daud, sedangkan Yusuf bukanlah ayah Yesus, sebab Yesus telah dinyatakan sebagai Anak Tuhan Bapa oleh penulis Injil.
Demikian pula Strausz berpendapat, bahwa ia juga membuktikan bahwa Perjanjian Baru bukanlah merupakan pencatatan kitab pada zaman Yesus, tetapi baru ditulis lama berselang setelah Yesus wafat. Ia mengatakan bahwa mitos-mitos itu timbul secara tidak disadari.
Perjanjian Baru ditulis dengan tambahan mitos-mitos yang secara tidak sadar dibentuk dalam masyarakat Kristen, sebagai pernyataan untuk memenuhi kedatangan Messias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama...Menurut Strausz, tatkala orang datang menemui Yesus, mula-mula dalam jumlah sedikit, kemudian banyak, mereka berpikir bahwa segala sesuatu harus terjadi padanya sebagaimana yang dinubuatkan dan diterangkan dalam Perjanjian Lama...
Karena Messias itu haruslah anak Daud sebagaimana yang dinubuatkan Mikha, maka ia harus dilahirkan di Bethlehem. Karena Musa telah melakukan keajaiban-keajaiban, maka Yesus harus pula melakukan keajaiban-keajaiban.
Karena Yesaya meramalkan bahwa pada masa itu orang buta akan melihat, orang tuli akan dapat mendengar, orang lumpuh akan meloncat seperti rusa jantan dan lidah orang bisu akan dapat berbicara, maka orang-orang telah mengetahui sampai kedetil-detilnya keajaiban-keajaiban apa yang harus dilakukan Yesus, kalau beliaulah Messias yang dinanti-nantikan itu.

Sedangkan sarjana-sarjana yang dipelopori Bauer berpendapat bahwa Philo-lah yang turut bertanggung jawab membentuk medium yang memperkenalkan unsur-unsur Yunani seperti Plato (428-389 Seb-M),
Heraklitus dan aliran Stoa kepada agama Kristen. Orang Yahudi dari Alexandria inilah yang turut serta membentuk wadah agama Kristen dengan memadukan ajaran-ajaran Yunani itu dengan ajaran Yahudi, yang kemudian 'dijiplak' oleh penulis Injil. Karya Philo adalah sumbangan pendahuluan ajaran Yahudi kepada ajaran Kristen; filosof Yahudi ini telah mengerjakan falsafah Yunani sedemikian rupa, sehingga merupakan bentuk awal agama Kristen, dengan melanjutkan karya-karya Heraklius, Plato dan aliran Stoa.
Kisruh mengenai Tritunggal bermula dari filsafat Neoplatonisme yang telah dimasukkan ke dalam Injil Yohanes dengan mengambil istilah "Logos" yang berasal dari Plato itu, sebagai Tuhan yang menjelmakan dirinya menjadi manusia.
Unsur-unsur Neoplatonisme yang paling mencolok dapat dipelajari dari Injil Yohanes. Injil ini paling menarik, karena timbulnya lama sesudah Masehi, dan terpisah, tak bersamaan isinya dengan ketiga Injil Sinoptik, Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas. Oleh karena itu mereka memastikan bahwa Yohanes ini bukanlah murid Yesus, melainkan seorang yang tidak pernah dikenal pada zaman Yesus.
Tatkala Yohanes memulai Injilnya dengan "Pada mulanya adalah Logos (Kalam atau Firman)... Dan seterusnya, maka sesungguhnya Yohanes tidak menulis suatu penyaksian mata tentang perbuatan dan ajaran Yesus, karena teori Logos ini bukanlah tradisi Perjanjian Lama, melainkan dari bahasa filsafat Yunani. Dengan kata-kata ini Yohanes telah membawakan filsafat Neoplatonis dari Philo dan lainnya. Mereka telah mengacaukan perkataan 'firman' dari Perjanjian Lama dengan 'Logos' dari Plato dan kaum Platonis.
Kata 'firman' dalam Perjanjian Lama yang berbunyi "Oleh firman Tuhan, langit telah dijadikan" (Mazmur, 33:6) disamakan oleh kaum Neoplatonis dengan Logos lalu dimasukkan oleh penulis-penulis Injil kedalam Perjanjian Baru. Firman atau perintah Tuhan telah dijadikan Logos atau Tuhan itu sendiri, "yang segala sesuatu dijadikan oleh Dia." Logos atau Tuhan itu sendiri telah menjadi daging atau manusia sebagaimana bunyi Injil Yohanes. Dengan filsafat tersebut, Yesus telah dijadikan daging penjelmaan dari Logos.
Yesus telah dijadikan Anak Tuhan yang oleh karenanya adalah Tuhan juga. Sementara doktrin Tritunggal sendiri diperoleh dari Injil Yohanes "Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di surga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu..." (Yohanes 1: 5-7).
Yang paling mengejutkan ialah, ajaran penjelmaan Tuhan menjadi manusia merupakan wujud inkarnasi, adalah paham inkarnasi dalam ajaran Hindu. Sehingga tak pelak lagi mereka berkesimpulan Injil Yohanes ini jelas memasukkan paham ajaran Hindu kedalam doktrin Kristen melalui filsafat Yunani. Disamping ajaran-ajaran Tritunggal, ajaran penebusan dosa dan sebagainya, juga sakramen, berasal dari Hinduisme, yang membaptiskan anak yang baru lahir disungai Gangga atau dengan air suci.
Origenes (185-254), seorang Bapak Gereja di Alexandria, umpamanya, malah mempercayai ajaran-ajaran reinkarnasi Hindu. Para ilmuwan menyelidiki dan mengambil kesimpulan bahwa misi-misi agama Hindu telah sampai ke Yunani maupun Alexandria, sebelum Yesus lahir (O. Hashem: 1984).
Kisruh mengenai Tritunggal kemudian meluas dengan dilakukannya kongres-kongres (Konsili Nisea) untuk membahas mengenai ketuhanan Yesus mencapai waktu berabad-abad lamanya dan menimbulkan perpecahan dan pembunuhan-pembunuhan bagi pihak yang tidak sepakat pada aliran yang berkuasa.
Berbagai rentetan fakta sejarah dan peristiwa diatas memberi pelajaran bagi kita bahwa, semakin jelas keberadaan agama Kristen tidak lagi dapat dipertahankan argumennya bahwa ia juga termasuk agama wahyu.

Konsili Nicea

Posted by Nipissi

kongres agama kristen di nicea
Konsep ketuhanan Yesus yang dirumuskan dalam Konsili Nicea, tahun 325, sudah memunculkan problem serius dan kontroversial tentang “ketuhanan Yesus”. Bagaimana menjelaskan kepada akal yang sehat, bahwa Yesus adalah “Tuhan” dan sekaligus “manusia”.
Apa yang disebut kaum Katolik sebagai “Syahadat Nicea”, secara eksplisit mengutuk pemikiran Arius, seorang imam Alexandria yang lahir tahun 280. Arius didukung sejumlah Uskup menyebarkan pemahaman bahwa Yesus bukanlah Tuhan adalah tunggal, esa, transenden, dan tak tercapai oleh manusia.
Yesus adalah “Firman Allah” yang secara metafor boleh disebut “Anak Allah” bukanlah Tuhan,tetapi makhluk, ciptaan, dan tidak kekal abadi.
“Syahadat Nicea” menyatakan: “Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Putra Tunggal yang dikandung dari Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah Benar, dilahirkan tetapi tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa, melalui dia segala sesuatu menjadi ada” (Lihat, C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, dan buku Konsili-konsili Gereja karya Norman P. Tanner, (Yogyakarta, Kanisius, 2003).
kredo nicea
Simaklah, bagaimana perdebatan tentang “Syahadat Kristen” yang menjadi perbincangan dan kontroversi hebat dalam sejarah Kristen. Konsili Efesus, tahun 431, melarang perubahan apa pun pada “Syahadat Nicea”, dengan ancaman kutukan Gereja (anathema). Namun, Konsili Kalsedon, tahun 451, mengubah “Syahadat Nicea”. Kutukan terhadap Arius dihapuskan. Naskah syahadat Konsili Kalsedon berasal dari konsili local di Konstantinopel tahun 381.
Sebab, naskah edisi tahun 325 dianggap sudah tidak memadai untuk berhadapan dengan situasi baru. Kalangan teolog Kristen ada yang menyebut bahwa naskah tahun 381 adalah penyempurnaan naskah tahun 325, tanpa mengorbankan disiplin teologisnya. Naskah syahadat itu di kalangan sarjana disebut “Syahadat dari Nicea dan Konstantinopel” disingkat N-C. Naskah syahadat N-C ini hingga sekarang masih menjadi naskah syahadat penting dari kebanyakan Gereja Kristiani. Namun, pada Konsili Toledo III di Spanyol tahun 589, Gereja Barat melakukan tambahan frasa “dan Putra” (Filioque), pada penggal kalimat “dan akan Roh Kudus” yang berasal dari Bapa”.
Penambahan itu dimaksudkan untuk menekankan keilahian dan kesetaraan antara Putra dengan Bapa. Paus, yang mulanya menolak penambahan itu, akhirnya menerima dan mendukungnya. Namun, Gereja Timur menolak, karena melanggar Konsili Efesus. Penambahan ini kemudian menjadi penyebab utama terjadinya “skisma”, perpecahan antara dua Gereja (Barat dan Timur) pada abad ke-11.
Konsili Vatikan II juga membuat perubahan kecil pada Syahadat N-C, dengan mengganti kata pembuka “Aku percaya” menjadi “Kami percaya”. (Norman P. Tanner, Konsili-konsili Gereja).
Perdebatan seputar Yesus bahkan pernah menyentuh aspek yang lebih jauh lagi, yakni mempertanyakan, apakah sosok Yesus itu benar-benar ada atau sekedar tokoh fiktif dan simbolik? Pendapat seperti ini pernah dikemukakan oleh Arthur Drews (1865-1935) dan seorang pengikutnya William Benjamin Smith (1850-1934). (Lihat, Howard Clark Kee, Jesus in History, (New York: Harcourt, Brace&World Inc, 1970).
Bahkan, perdebatan seputar Yesus itu kadangkala sampai menyentuh aspek moralitas Yesus sendiri dalam aspek sexual. Marthin Luther sendiri dilaporkan menyebutkan , bahwa Yesus berzina seban yak tiga kali. Arnold Lunn, dalam bukunya, The Revolda Against Reason, (London: Eyre&Spottiswoode, 1950), hal. 233, mencatat: “Weimer quoted a passage from the Table-Talk, in which Luther states that Christ committed adultary three times, first with the woman at the well, secondly with Mary Magdalene, and thirdly with the woman taken adultary, “whom he let off so lightly. Thus even Christ who was so holy had to commit adultary before he died.”
Bahkan, The Times, edisi 28 Juli 1967, mengutip ucapan Canon Hugh Montefiore, dalam konferensi tokoh-tokoh Gereja di Oxford tahun 1967: “Women were his friends, but it is men he is said to have loved. The stricking fact was that he remained unmarried, and men who did not marry usually had one of three reasons: they could not afford it; there were no girls, or they were homosexual in nature..” (Dikutip dari: Muhammad Musthafa al-A’zhami, The History of The Quranic Text, from Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testament, (Leicester: UK Islamic Academy, 2003)
Perdebatan seputar Yesus memang tidak berkesudahan. padahal, di atas landasan inilah, teologi Kristen ditegakkan. Pada awal-awal kekristenan, mereka ingin menonjolkan aspek ketuhanan Yesus.
Tetapi, teolog-teolog modern kemudian ingin menonjolkan aspek kemanusiaan Yesus, mendekati gagasan Arius yang dulu dikutuk Gereja. Menyimak perdebatan tentang Yesus yang tiada henti itu, maka teolog Kristen seperti Groenen membuat teori “pokoknya”, bahwa meskipun pemikiran kaum Kristen tentang Yesus Kristus berbeda-beda, tetapi Yesus tetap tidak berubah. Yesus tetaplah Yesus.
Argumentasi Groenen semacam ini tentu sulit dipahami oleh kalangan teolog yang sejak dahulu kala berusaha merumuskan pemahaman tentang Yesus, namun tidak pernah mencapai titik temu. Kepelikan itu bisa dipahami, mengingat Yesus sendiri tidak pernah menyatakan, bahwa dia adalah Tuhan. Paul Young, dalam bukunya, Christianity, mencatat, bahwa seluruh penulis Perjanjian Baru menekankan hakikat kemanusiaan Yesus. Ia lapar, haus, dan lelah, sebagaimana manusia lainnya. Ia juga punya emosi, bisa sedih dan senang. Tetapi, beratus tahun kemudian, Yesus dirumuskan dan disembah sebagai Tuhan.
“This Jesus, a real human being, is the focus of Christian worship. Such worship contrasts sharply with all other great world religion,” tulis Young. Tentang kepelikan seputar “misteri Yesus”, Mark Twain membuat sindiran: “It’s not the parts of the Bible which I can’t understand that bother me, it’s the parts that I can understand.” Bukan bagian Bible yang tidak dipahaminya yang meresahkannya, tetapi justru bagian yang ia pahami.
Kontroversi dalam soal teologi seperti dalam sejarah Kristen semacam itu tidak dijumpai dalam Islam. Mengingat begitu hebatnya kontroversi teologis Kristen dan trauma Barat terhadap hegemoni Gereja ketika mereka memegang doktrin eksklusivisme teologis (extra ecclesiam nulla salus), bisa dipahami jika mereka lebih menyukai pengembangan paham pluralisme agama.

Begitu juga dengan cara cara beribadah kristen yang sekarang sangat berbeda dengan umat umat terdahulu
”Maka Ia membungkuk sedikit, lalu sujud dan berdoa” (Mat.26:39)
“Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa...“ (Mrk.14:35),
“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa...“ (Mrk.11:25)
 “Demikian kata Yesus lalu Ia menengadah ke langit dan berkata : “Bapa...“ (Yoh.17:1) “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa” (Ef.3:14),“maka tersungkurlah...di hadapana Dia...dan menyembah Dia...“ (Why.4:10). sholat itu dilakukan 7 kali dalam sehari (Mzm.119:164)

 dilakukan dengan berjamaah bersama-sama dalam satu komando imam dalam Nehemia 8:6 (8-7) Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah.


ALLAh pun memberitakan hal ini bahwa dahulu BANI ISRAEL pun sholat ketika menceritakan bagaimana ALLAH mengambil janji kepada BANI ISRAEL dalam ALBAQOROH 43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’


sholat tiga kali sehari bagi mereka yang memang tak cukup waktu, yang dikenal sebagai “Sholat Nabi Daniel”, sesuai dengan Kitab Mazmur 55:18 dan Kitab Daniel 6:11.
jalan_ibrahim: sholat harus “bersuci” lebih dulu dengan jalan membasuh telapak tangan, membasuh wajah dan kepala, membasuh tungkai kaki, serta seluruh kaki(Mazmur 26:1-12)
berdiri, menengadah ke langit, menadahkan tangan, berlutut (membungkukkan tubuh) dan sujud (merebahkan diri ke tanah)

Waktu-waktu Sembahyang itu sendiri sudah dimulai sejak zaman Nabi Musa.
Perintah Wudhu membasuh kaki dan tangan tsebelum masuk sholat terdapat pada Keluaran 30:19 Maka Harun dan anak-anaknya haruslah membasuh tangan dan kaki mereka dengan air dari dalamnya.


30:20 Apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan, haruslah mereka membasuh tangan dan kaki dengan air, supaya mereka jangan mati


  Allah memerintahkan agar Imam Harun mempersembahkan korban binatang dan korban dupa pada “Waktu Pagi” dan “Waktu Senja” (Kel. 29:38-39, 30:7-8).

Tidak kah hal tersebut di atas membingungkan mengapa ibadah purba ini hilang di kedua agama YAHUDI dan NASRANI, dan tetap lestari di Agama yang terakhir ini...ISLAM??
 
Kondisi Islam sama sekali berbeda. Dasar-dasar teologi Islam sudah dirumuskan dan sudah sangat jelas, sejak awal Islam lahir, serta tidak pernah diputuskan melalui satu “kongres”, musyawarah, atau “konsili”. Karena itu, sejak awal kelahirannya, Islam memang sudah sempurna. Konsep teologi dan ibadah dalam Islam sudah selesai dirumuskan. Bahkan, sebagai agama, nama “Islam” pun sudah diberikan oleh Allah. (QS al-Maidah:3).
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Al Maidah 3)


Sebaliknya, agama buatan manusia dalam hal ini konsep kristen bahkan tentang tuhannya sekalipun dirumuskan melalui Kongres, dan hingga kini masih saja memunculkan kontroversi, sehingga banyak memunculkan apatisme di kalangan masyarakat Barat. (sumber: hidayatullah.com)

Sejarah Natal

Posted by Nipissi

Robert W Amstrong

Natal Menurut Herbert W. Amstrong

Herbert W. Amstrong yang sangat dihormati di kalangan pejabat, pebisnis, industriawan dan ilmuwan di seluruh dunia ini adalah seorang Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat. Dia juga sebagai kepala editor majalah Kristen “Plain Truth” yang bertiras sekitar 8 juta eksemplar tiap bulan.

Majalah ini didirikan pada tahun 1934, dan beredar ke seluruh dunia. Pada tahun 1947, Amstrong mendirikan Ambassador College yang sekarang memiliki dua kampus besar di Pasadena California dan di Big Sandy Texas . Juga mendirikan dan sebagai kepala Ambassador International Cultural Foundation, yang bergerak di bidang kebudayaan, bantuan pada masyarakat miskin, dan gerakan kemanusiaan.
Dia sudah mengunjungi sekitar 70 negara untuk memberitakan Injil sebagai Kerajaan Tuhan. Bahkan Amstrong mendapatkan kehormatan dari kepala negara yang memiliki perbedaan keyakinan dengannya seperti di Jepang , India , Afrika Selatan , China , Israel dan Mesir. Pada usianya yang sudah mencapai 90 tahun, Amstrong masih aktif menulis, ceramah di televisi dan di depan publik. Di antara buku hasil tulisannya adalah: The Wonderful World Tomorrow, What it Will be Like dan The United State and Britain in Prophecy.


Kenangan Natal Dimasa Kecilku
Ketika saya masih kecil, di saat malam Natal , saya biasa diajari dan disuruh menggantungkan kaos kaki di dinding dekat ruangan perapian. Esok harinya, kaos kaki tersebut penuh dengan hadiah-hadiah berupa mainan atau kotak makanan kesenangan saya. Selain hadiah tersebut, juga terdapat sebatang pohon Natal yang dihiasi bunga-bunga kertas berwarna perak dan emas. Di pohon ini pula, aneka rupa hadiah untuk anak-anak bergelantungan di dahannya dan berserakan di bawahnya.

Menurut para orang tua, semua hadiah Natal itu dibawa oleh Sinterklas atau Santa Clause yang telah datang di malam hari, melalui cerobong asap perapian. Seperti anak-anak lainnya, semua cerita itu saya telah begitu saja dengan penuh keyakinan. Tentu anda pun demikian. Sebab kita dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan kehidupan yang penuh dengan adat kebiasaan yang harus kita … terima, tanpa bertanya-tanya, yang dapat menimbulkan suasana yang tidak menyenangkan.

Mengapa kita bersikap demikian ?
Instink hewanikah, sehingga kita ikut-ikutan dengan apa saja yang dilakukan oleh kebanyakan orang? Kambing memang akan tetap mengikuti kelompoknya, walaupun digiring untuk … dipotong sekalipun. Tetapi sebagai manusia, seharusnya bersikap kritis dengan menggunakan akal sehat.
Sebagai orang Kristen yang baik, kita tidak pernah menyelidiki, mengapa kita melakukan semua itu dan mengapa semua orang percaya bahwa yang mereka kerjakan itu benar. Seharusnya, sebagai umat Kristen yang ingin melaksanakan ajaran-ajaran Tuhan, kita harus bertanya, apakah upacara natal itu benar-benar ajaran Kristen? Apakah cara-cara merayakan Natal itu tidak mengajarkan kebohongan kepada masyarakat, yang merupakan … larangan Tuhan? Adakah firman Tuhan yang Hidup maupun firman tertulisNya yang memerintahkan kita untuk melakukannya? Apakah Yesus dan para Rasul juga melakukan seperti apa yang kita meriahkan selama ini? Apakah kebiasaan tukar-menukar hadiah Natal dengan teman dan kerabat dekat, juga betul-betul mengikuti ajaran Tuhan di dalam Bibel? Dan seterusnya … dan seterusnya …
Hampir semua orang berpendapat dan mengira bahwa semua upacara dan kebiasaan itu berasal dari ajaran Gereja. Tetapi betulkan semua pendapat dan perkiraan itu?
Mudah-mudahan fakta yang saya tulis dalam buku ini dapat meluruskan semua pendapat yang dapat menyesatkan dan merusak ajaran Tuhan yang sebenar-benarnya. Mungkin tulisan saya yang berdasarkan pada kenyataan ini akan mengejutkan orang Kristen, termasuk anda sendiri.
.
SEJARAH NATAL
Kata Christmas ( Natal ) yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”. Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu?
Sebab Natal itu bukan ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya.
Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala.
Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas”, anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut:
“Christmas was not among the earliest festivals of Church … the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to christmas.”
” Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja … bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.”
Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul “Natal Day,” Bapak Katolik pertama, mengakui bahwa:
“In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Paraoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world.”
“Di dalam kitab suci, tidak seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”
Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai berikut:
“Christmas was not among the earliest festivals of the church… It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority. It was picked up of afterward from paganism.”
” Natal bukanlah upacara– upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”
Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan sebagai berikut:
“Christmas…It was, according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth…” (The “Communion,” which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) “…A feast was established in memory of this event (Christ’s birth) in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of Christ’s birth existed.”
“Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut..” (“Perjamuan Suci” yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus.) “…Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari.” Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus.”

Sekarang perhatikan! Fakta sejarah telah membeberkan kepada kita bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama sampai dua ratus atau tiga ratus tahun kemudian – jarak waktu yang lebih lama dari umur negara Amerika Serikat – upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan oleh orang-orang Barat, Roma dan Gereja. Menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakannya sebagai hari raya umat Kristen yang resmi.

Yesus tidak lahir pada 25 Desember
Sungguh amat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin! (Di wilayah Yudea, setiap bulan Desember adalah musim salju dan hawanya sangat dingin) Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut:
“Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, di kota Daud.”
Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kita Kidung Agung 2: dan Ezra 10:9, 13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin pada gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.
1. Yesus lahir tanggal 14 Maret SM?
Ralph O. Muncaster, pendeta gereja Saddleback dalam bukunya ‘What Really Happe­ned Charistmas Morning’ menolak pendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 1 Masehi dengan merujuk kepada pendapat para ahli lainnya. Menurut Josephus (sejarawan Yahudi), Yesus lahir pada tanggal 14 Maret tahun 4 Sebelum Masehi. Berdasarkan observasi astro­no­­­mis Johannes Kepler, Yesus lahir tahun 7 Sebelum Masehi. Sedangkan Tertulian, Irenaeus, Eusebius (bapak gereja) berpendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 2 Sebelum Masehi.
2. Yesus Lahir Bulan April atau November?
Dr. J.L. Ch. Abineno menjelaskan bahwa Yesus mustahil lahir 25 Desember. Menurutnya, Yesus lahir pada bulan Maret, April atau November.
“Gereja-gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan ini baru dimulai dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak mengenal perayaan Natal. Terutama karena gereja tidak tahu dengan pasti kapan –pada hari dan tahun keberapa– Yesus dilahirkan. Kitab-kitab Injil tidak memuat data-data tentang hal itu. Dalam Lukas pasal 2 dikatakan bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, gembala-gembala sedang berada di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (ayat 8). Itu berarti, bahwa Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan bulan November” (Buku Katekisasi Perjanjian Baru, hal. 14).
3. Yesus Lahir Bulan September?
Pendeta Benyamin Obadyah, alumnus Jerusalem Center, Yerusalem, mengutip pendapat R.A. Honorof dalam bukunya The Return of the Messiah (1997), menyatakan bahwa Yesus lahir pada bulan September. Benyamin menulis: “Meskipun menurut Alkitab Yesus dikandung Maria dari karunia Allah (Lukas 1:35), tapi ia dikandung secara normal selama 40 minggu atau 9,5 bulan. Ini berarti, Yesus dilahirkan pada akhir bulan September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan Hari Raya Tabernakel... Hari raya ini jatuh setiap tanggal 15 bulan Tishri menurut kalendar Yahudi. Menurut kalendar internasional (Gregorian), tahun 1999 tanggal 15 Tishri bertepatan dengan tanggal 25 September. Jadi, umat Kristen yang memperingati Natal 25 Desember terlambat selama tiga bulan.”
.
4. Yesus Lahir Bulan Januari?
Ephiphanius dan Gereja Orthodox Timur memperingati Natal tanggal 6 Januari, lalu Gereja Katolik Ortodoks memperingati Natal tanggal 7 Januari, sedangkan Gereja Armenian memperingati Natal tanggal19 Januari.
Dari berbagai versi tanggal Natalan tersebut, tak satupun yang bisa dipercaya. Tabloid Victorius edisi Natal pernah mengungkapkan keheranannya tentang Natal yang misterius: “Entah kapan dan siapa tokoh pencetus hari Natal, hingga sekarang masih dicermati. Dan apa benar tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Yesus Kristus? Hal ini masih misterius”.


Sungguh amat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin! (Di wilayah Yudea, setiap bulan Desember adalah musim salju dan hawanya sangat dingin) Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut:

"Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, di kota Daud."

Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kita Kidung Agung 2: dan Ezra 10:9, 13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin pada gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.
.

Adam Clarke mengatakan:

“It was an ancient custom among Jews of those days to send out their sheep to the field and desert about the Passover (early spring), and bring them home at commencement of the first rain.” (Adam Clarke Commentary, Vol.5, page 370, New York ).
“Adalah kebiasaan lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan pertama).”

Adam Clarke melanjutkan:
“During the time they were out, the sepherds watch them night and day. As…the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins sometime in october), we find that the sheep were kept out in the open country during the whole summer. And, as these sepherds had not yet brought home their flocks, it is a presumptive argument that october had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flock were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact…See the quotation from the Talmudists in Lightfoot.”
“Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila…hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan November, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba-domba berkeliaran di padang terbuka di malam hari. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti inilah, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malam hari, adalah fakta sejarah…sebagaimana yang diungkapkan oleh Talmud (kitab suci Yahudi) dalam bab “Ringan Kaki”.

Di ensiklopedi mana pun atau juga di kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopedia sendiri secara tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini.
Tidak seorang pun yang mengetahui, kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti sejarah dan kitab suci Kristen sendiri, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa Yesus lahir pada awal musim gugur – yang diperkirakan jatuh pada bulan September – atau sekitar 6 bulan setelah hari Paskah.
Jika Tuhan menghendaki kita untuk mengingat-ingat dan merayakan hari kelahiran Yesus, niscaya dia tidak akan menyembunyikan hari kelahirannya.
.
Proses Natal Masuk Gereja
New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul “Christmas” menguraikan dengan jelas sebagai berikut:
“How much the date of the festival depended upon the pagan Brumalia (Dec.25) following the Saturnalia (Dec.17-24), and celebrating the shortest day of the year and the ‘new sun’… can not be accurately determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply entrenched in popular custom to be set aside by Christian influence…The pagan festival with its riot and merrymaking was so popular that Christians were glad of an excuse to continue its celebration with little change in spirit and in manner. Christian preachers of the West and the Near East protested against the unseemly frivolity with which Christ’s birthday was celebrated, while Christians of Mesopotamia accused their Western brethren of idolatry and sun worship for adopting as Christian this pagan festival.”
“Sungguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan kafir Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17-24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta festival menyambut kelahiran matahari baru. Adat kepercayaan Pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah sangat populer di masyarakat itu diambil Kristen…Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus Kristus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu Kristen Mesopatamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan kepada dewa Matahari.”
Perlu diingat! Menjelang abad pertama sampai pada abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad ke-4 M. dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.

Tetapi karena mereka sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember, mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh kemeriahan, dan sangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan hari kegembiraan seperti itu. Oleh karena itu, meskipun sudah memeluk agama Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu. Di dalam artikel yang sama, New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge menjelaskan bagaimana kaisar Konstantin tetap merayakan hari “Sunday” sebagai hari kelahiran Dewa Matahari. (Sun = Matahari, Day = Hari – dalam bahasa Indonesia disebut hari Minggu — pen.) Dan bagaimana pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan (Yesus) identik dengan Matahari, yang kemudian pada abad ke-4 Masehi kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari kelahiran Sun-god (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember, diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan – Yesus).

Demikianlah asal usul “Christmas – Natal ” yang dilestarikan oleh dunia Barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-day, Son of God, Christmas dan Natal , pada hakikatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa Matahari. Sebagai contoh, kita bisa saja menamakan kelinci itu dengan nama singa, tetapi bagaimanapun juga fisiknya tetap kelinci.
Marilah kita kembali membaca Encyclopaedia Britannica yang mengatakan sebagai berikut:
“Certain Latins, as early as 354, may have transferred the birthday from January 6th to December, which was then a Mithraic feas … or birthday of the unconquered SUN … The Syrians and Armenians, who clung to January 6th, accused the Romans of sun worship and idolatry, contending… that the feast of December 25th, had been invented by disciples of Cerinthus…”
“Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak tahun 354 M. telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6 Januari ke 25 Desember, yang merupakan hari kelahiran Anak dewa Mitra atau kelahiran dewa Matahari yang tak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah terbiasa merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka mengecam bahwa perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang dipercayai oleh bangsa Romawi. Penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen, dilakukan oleh Cerinthus…”

Asal Usul Natal
Kita mewarisi Natal berasal dari Gereja Katolik Roma, dan gereja itu mendapatkannya dari kepercayaan pagan (kafir) Politeisme, lalu dari manakah agama kafir itu mendapatkan ajaran itu? Dimana, kapan, dan bagaimana bentuk asli ajaran itu?
Bila kita telusuri mulai dari ayat-ayat Bible (Alkitab) sampai pada sejarah kepercayaan bangsa Babilonia kuno, niscaya akan ditemukan bahwa ajaran itu berasal dari kepercayaan berhala yang dianut oleh masyarakat Babilonia di bawah raja Nimrod (Namrud – di masa inilah nabi Ibrahim lahir). Jelasnya, akar kepercayaan ini tumbuh setelah terjadi banjir besar di masa nabi Nuh.

Nimrod, cucu Ham, anak nabi Nuh, adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia. Sejak itulah terdapat dasar-dasar pemerintahan dan negara, dan sistem ekonomi dengan cara bersaing untuk meraih keuntungan. Nimrod inilah mendirikan menara Babel , membangun kota Babilonia, Nineweh dan kota-kota lainnya. Dia pula yang pertama membangun kerajan di dunia. Nama “Nimrod” dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata “Marad” yang artinya “dia membangkang atau murtad” (Karena bahasa Ibrani serumpun dengan bahasa Arab, silahkan anda membandingkan kata “Marad” dengan kata Arab “Ridda” atau “murtad”. Pen)

Dari catatan-catatan kuno, kita mengetahui perjalanan Nimrod ini, yang mengawali pemurtadan terhadap Tuhan dan menjadi biang manusia pembangkang di dunia sampai saat ini. Jumlah kejahatannya amat banyak, diantaranya, dia mengawini ibu kandungnya sendiri yang bernama Semiramis. Setelah Nimrod meninggal dunia, ibu yang merangkap sebagai istri tersebut menyebarkan ajaran bahwa Roh Nimrod tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Dia membuktikan ajarannya dengan adanya pohon Evergreen yang tumbuh dari sebatang kayu yang mati, yang ditafsirkan oleh Semiramis sebagai bukti kehidupan baru bagi Nimrod yang sudah mati. Untuk mengenang hari kelahirannya, Nimrod selalu hadir di pohon evergreen ini dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. 25 Desember itulah hari kelahiran Nimrod. Dan inilah asal usul pohon Natal .

Melalui pengaruh dan pemujaannya kepada Nimrod, Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babilonia. Dengan berbagai julukan, akhirnya Nimrod dipuja sebagai “Anak Suci dari Sorga”. Melalui perjalanan sejarah dan pergantian generasi dari masa ke masa, dari satu bangsa ke bangsa lainnya, penyembahan berhala versi Babilonia ini berubah menjadi Mesiah Palsu yang berupa dewa Baal, anak dewa Matahari. Dalam sistem kepercayaan Babilonia ini, “Ibu dan anak” (Semiramis dan Nimrod yang lahir kembali) menjadi obyek penyembahan. Ajaran penyembahan kepada ibu dan anak ini menyebar luas sampai di luar Babilonia dengan bentuk dan nama yang berbeda-beda, sesuai dengan bahasa negara-negara yang ditempatinya. Di Mesir dewa-dewi itu bernama Isis dan Osiris. Di Asia bernama Cybele dan Deoius. Dalam agama Pagan Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani , China , Jepang , Tibet bisa ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madonna, jauh sebelum Yesus lahir!

Sampai pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi, ketika dunia pagan (penyembah banyak dewa) Romawi menerima agama baru yang disebut “Kristen,” dengan membawa adat dan kepercayaan pagan mereka yang lama. Akibatnya kepercayaan kepada Dewi Madonna, Ibu dan Anak juga menjadi populer, terutama di waktu hari Natal . Di setiap musim Natal kita selalu mendengar lagu-lagu atau hymne: “Silent Night” atau “Holy Night” yang sangat akrab dengan tema pemujaan terhadap Ibu dan Anak.
Kita yang sejak lahir diwarnai oleh alam budaya Babilonia, telah diajarkan untuk mengagungkan dan memuliakan semua tradisi yang berasal dari jaman jahiliyah kuno itu. Kita tidak pernah bertanya untuk mengetahui dari manakah asal usul adat seperti itu – Apakah ia berasal dari ajaran Bible (Alkitab), ataukah ia berasal dari kepercayaan penyembah berhala yang sesat?

Kita terperangah seakan-akan tidak mau menerima kebenaran ini, karena seluruh dunia terlanjur telah melakukannya. Lebih aneh lagi, sebagian besar meremehkan dan mencemooh kebenaran ini. Namun Tuhan telah berfirman kepada para utusannya yang setia:

“Katakan dengan lantang,

dan jangan menghiraukan penghinaan mereka!

Kumandangkan suaramu seperti terompet!
Dan tunjukkan di depan umatKu tentang kesesatan mereka!”
Memang kenyataan ini sungguh sangat mengejutkan bagi mereka, meskipun ini adalah fakta sejarah dan berdasarkan kebenaran dari Bibel (Alkitab).

Natal adalah acara ritual yang berasal dari masa Babilonia kuno yang belum mengenal agama yang benar. Tradisi ini diwariskan puluhan abad yang lampau sampai kepada kita.
Di Mesir , ia dipercayai bahwa Dewi Isis (Dewi Langit) melahirkan anaknya yang tunggal pada tanggal 25 Desember. Hampir semua orang-orang penyembah berhala (paganis) di dunia waktu itu, merayakan ulang tahun ( Natal ) anak dewi Isis ini jauh sebelum kelahiran Yesus.
Dengan demikian, sudah jelas bagi kita bahwa 25 Desember itu bukanlah hari kelahiran Yesus Kristus. Para murid Yesus dan orang-orang Kristen abad pertama tidak pernah menyelenggarakan Natal , meskipun hanya sekali. Tidak ada ajaran atau pun perintah perayaan Natal di dalam Bibel. Sekali lagi, perayaan Natal atau Christmas itu adalah ulang tahun anak dewa yang dianut oleh para paganis, dan bukan dari ajaran Kristen. Percaya atau tidak, terserah anda!
Upacara ini berasal dari cara-cara pemujaan yang dikenal dengan “Chaldean Mysteries” (Misteri Kaldea) berasal dari ajaran Semiramis, isteri Nimrod. Kemudian adat ini dilestarikan oleh para penyembah berhala secara turun-temurun hingga sekarang dengan wajah baru yang disebut Kristen.
.
Asal Usul Pohon Natal
Sekarang dari manakah kita mendapatkan kebiasaan memasang pohon Natal itu? Di antara para penganut agama Pagan kuno, pohon itu disebut “Mistletoe” yang dipakai pada saat perayaan musim panas, karena mereka harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang telah memberikan mukjizat penyembuhan. Kebiasaan berciuman di bawah pohon itu merupakan awal acara di malam hari, yang dilanjutkan dengan pesta makan dan minum sepuas-puasnya, sebagai perayaan yang diselenggarakan untuk memperingati kematian “Matahari Tua” dan kelahiran “Matahari Baru” di musim panas.

Rangkaian bunga suci yang disebut “Holly Berries” juga dipersembahkan kepada dewa Matahari. Sedangkan batang pohon Yule dianggap sebagai wujud dari dewa matahari. Begitu pula menyalakan lilin yang terdapat dalam upayara Kristen hanyalah kelanjutan dari kebiasaan kafir, sebagai tanda penghormatan terhadap dewa matahari yang bergeser menempati angkasa sebelah selatan.
Encyclopedia Americana menjelaskan sebagai berikut:
“The Holly, the Mistletoe, the Yule log …are relics of pre-Christian times.”
“Rangkaian bunga Holly, pohon Mistletoe dan batang pohon Yule…yang dipakai sebagai penghias malam Natal adalah warisan dari zaman sebelum Kristen.”
Sedangkan buku Answer to Question yang ditulis oleh Frederick J. Haskins menyebutkan bahwa:
“The use of Christmas wreath is believed by authorities to be traceable to the pagan customs of decorating buildings and places of worship at the feast which took place at the same time as Christmas. The Christmas tree is from Egypt, and its origin date from a period long anterior to the Christian Era.”
“Hiasan yang dipakai pada upacara Natal adalah warisan dari adat agama penyembah berhala (paganisme), yang menghiasi rumah dan tempat peribadatan mereka yang waktunya bertepatan dengan malam Natal sekarang. Sedangkan pohon Natal berasal dari kebiasaan Mesir Kuno, yang masanya lama sekali sebelum lahirnya agama Kristen.”
.
Kata Bible Tentang Natal
Bagaimana Bibel berbicara tentang Natal , atau mencatat pandangan para murid Yesus atau bapak-bapak geraja awal. Jawabannya sungguh sangat mengejutkan bagi kalangan Kristen sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Bibel (Alkitab) pada kitab Yeremia 10:2-4 yang berbunyi sebagai berikut:
“Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan.”
“Bukankah berhala itu pohon yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu?
Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang.”
Itulah keterangan yang jelas dari Bibel tentang pohon Natal . Kita dilarang mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa penyembah berhala. Sebab hal itu merupakan perbuatan yang sesat menyekutukan Tuhan. Pada ayat kelima dijelaskan bahwa:

“Pohon itu tidak bisa berbicara, dan orang harus mengangkatnya, karena ia tidak bisa berjalan sendiri.”
“Janganlah takut kepadanya, sebab ia tidak dapat berbuat jahat, juga tidak dapat berbuat baik.”
Sebab mereka bukanlah dewa yang harus ditakuti. Bagi mereka yang tidak pernah membaca atau yang melupakan ayat ini, beranggapan bahwa tidak ada larangan untuk membuat pohon Natal . Tetapi jika telah membacanya, apa yang harus dikatakan?
Siapa Santa Claus /Sinterklas itu?
Santa Claus bukan ajaran yang berasal dari paganisme, tetapi juga bukan ajaran Kristen. Sinterklas ini adalah ciptaan seorang pastur yang bernama “Santo Nicolas” yang hidup pada abad ke empat Masehi. Hal ini dijelaskan oleh Encyclopedia Britannica, volume 19 halaman 648-649, edisi kesebelas, yang berbunyi sebagai berikut:
“St. Nicholas, bishop of Myra, a saint honored by the Greek and Latins on the 6th of December… A Legent of his surreptitious bestowal of dowries on the three daughters of an improverrished citizen… is said to have originated the old custom of giving presents in secret on the Eve of St. Nicholas (Dec.6), subsequently transferred to Christmas day. Hence the association of Christmas with Santa Claus…”
“St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember…Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin… untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya tarkaitlah antara hari Natal dan Santa Claus…”
Sungguh merupakan kejanggalan! Orang tua menghukum anaknya yang berkata bohong. Tetapi di saat menjelang Natal , mereka membohongi anak-anak dengan cerita Sinterklas yang memberikan hadiah di saat mereka tidur. Bukankah ini suatu keanehan, ketika anak-anak menginjak dewasa dan mengenal kebenaran, pasti akan beranggapan bahwa Tuhan hanyalah mitos atau dongeng belaka?

Dengan cara ini tidak sedikit orang yang merasa tertipu, dan mereka pun mengatakan:
“Ya, saya akan membongkar pula tentang mitos Yesus Kristus!” Inikah ajaran Kristen yang mengajarkan mitos dan kebohongan kepada anak-anak? Padahal Tuhan sudah mengatakan:
“Janganlah menjadi saksi palsu. Dan ada cara yang menurut manusia betul, tetapi sebenarnya itu adalah ke jalan kematian dan kesesatan.” Oleh karena itu, upacara “Si Santa Tua” itu juga merupakan Setan.
Di dalam kitab suci telah dijelaskan sebagai berikut:
“Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang. Jadi itu bukanlah hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.” (II Korintus 11:14)
Dari bukti-bukti nyata yang telah kita ungkap tadi dapatlah diambil kesimpulan, bahwa perayaan Natal atau Christmas itu bukanlah ajaran Kristen yang sebenarnya, melainkan kebiasaan para penyembah berhala (Paganis). Ia warisan dari kepercayaan kuno Babilonia ribuan tahun yang lampau.

Hadiah Natal
Acara yang paling penting dari seluruh kegiatan Natal adalah “The Christmas Shopping Season – Musim Belanja Natal” yang dilakukan dengan cara membeli dan tukar menukar hadiah. Mungkin banyak orang yang mengecam kami sambil berkata:
“Bukankah Bibel (Alkitab) telah menceritakan kepada kita untuk ditiru? Lupakah kita kisah 3 orang dari timur yang datang ke Betelhem untuk memberikan hadiah ketika Yesus lahir?”
Memang, kami mengetahui cerita itu di dalam Alkitab. Tetapi, silahkan anda melihat keterangan kami yang mengejutkan ini. Marilah menengok sejarah asal usul tukar menukar hadiah itu, kemudian kita bandingkan dengan ayat Alkitab.
Pada Bibliothica Sacra, volume 12, halaman 153-155, kita dapat membaca sebagai berikut:

“The interchange of presents between friends is alike characteristic of Christmas and the Saturnalia, and must have been adopted by Christians from the Pagan, as the admonition of Tertullian plainly shows.”
“Tukar menukar hadiah antar teman di hari Natal serupa dengan adat agama Saturnalia. Kemungkinan besar, kebiasaan ini diadopsi oleh orang-orang Kristen dari agama Pagan, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Tertulianus.”
Dari bukti yang jelas ini, ternyata kebiasaan pertukaran hadian sesama teman dan famili pada hari Natal itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan kisah dalam Alkitab tersebut. Acara Natal bukanlah merayakan ulang tahun Yesus Kristus, juga bukan untuk menghormatinya.

Sebagai contoh, seorang teman yang sangat anda cintai sedang merayakan ulang tahunnya. Bila ingin membahagiakannya di hari kelahirannya itu, apakah anda membeli hadiah untuk teman yang lain? Membeli lagi dan tukar menukar hadiah dengan teman-teman dan kekasih anda, tetapi tidak memberi hadiah apa pun kepada teman yang anda cintai, yang sedang anda rayakan hari ulang tahunnya? Tidakkah disadari keganjilan seperti itu?
Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri yang selalu dilakukan oleh hampir semua orang di seluruh dunia. Mereka menghormati “sebuah hari” – yang sebenarnya bukan hari kelahiran Yesus Kristus – dengan berbelanja dan membeli hadiah sebanyak-banyaknya untuk ditukarkan kepada teman-teman dan kerabatnya. Dari pengalaman saya selama bertahun-tahun, begitu pula pengalaman para pastur dan pendeta; Apabila bulan Desember tiba, hampir semua orang yang mengaku Kristen lupa memberi hadiah kepada Yesus Kristus yang mereka cintai.

Desember adalah bulan yang paling sulit untuk menghidupkan ajaran Yesus. Sebab semua orang terlalu disibukkan untuk membeli dan menukar hadiah daripada mengingat Yesus dan menghidupkan ajarannya. Peristiwa melupakan Yesus ini terus berlangsung sampai bulan Januari bahkan Pebruari. Sebab mereka harus melunasi biaya pengeluaran yang dibelanjakan pada waktu Natal . Sehingga mereka sulit mengabdi kepada Yesus kembali sebelum bulan Maret.

Sekarang, perhatikan apa kata Bibel tentang tiga orang dari timur yang memberikan hadiah kepada Yesus, yang berbunyi sebagai berikut:
“Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-bintang di timur dan kami datang untuk menyembah dia.” Ketika raja Herodes mendengar tentang hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yudea, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yudea, karena daripadamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel . Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang Majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai anak itu dan segera sesudah kamu menemukan dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah dia.” Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibunya, lalu sujud menyembah dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadanya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.”

Hadiah Untuk Yesus
Perhatikanlah dengan teliti. Ayat bibel tersebut menceritakan bahwa pada mulanya orang-orang Majus tersebut menanyakan tentang Bayi Yesus yang lahir sebagai Raja Yahudi. Lalu, mengapa mereka memberi hadiah kepadanya? Apakah karena hari kelahirannya?
Jawabannya adalah “Tidak.” Sebab mereka memberi hadiah beberapa hari bahkan beberapa minggu setelah hari kelahirannya.
Bisakah peristiwa ini dipakai pedoman bagi kita untuk melakukan kebiasaan memberi atau saling menukar hadiah di antara kita? Jelas tidak bisa. Sebab orang-orang Majus tersebut tidak saling menukar hadiahnya, tetapi mereka memberi hadiah kepada Yesus. Bukan tukar menukar hadiah sesama teman atau kerabatnya.

Mengapa? Silahkan anda membaca buku Adam Clarke Commentary, volume 5, halaman 46 yang berbunyi sebagai berikut:
“Verse 11. (They presented unto him gifts.) The people of the east never approach the presence of kings and great personages, without a present in their hands. The custom is often noticed in the Old Testament, and still prevails in the east, and in some of the newly discored South Sea Islands.”
“Ayat 11. (Mereka memberi hadiah kepadanya.) Adalah kebiasaan orang-orang timur, apabila menghadap raja atau orang-orang terkemuka, mereka selalu membawa hadiah. Kebiasaan seperti ini juga tercantum dalam kitab Perjanjian Lama, dan masih berlaku di timur, juga dapat ditemuka di South Sea Islands (Kepulauan Laut Selatan).”
Dari keterangan Adam Clarke ini, jelaslah bagi kita, bahwa peristiwa tersebut tidak bisa dipakai pedoman atau dikaitkan dengan kebiasaan Kristen baru dengan menukar hadiah kepada temannya untuk menghormati ulang tahun Yesus. Sebaliknya, mereka mengikuti adat orang-orang timur kuno yang memberi hadiah ketika mengharap raja. Mereka mendatangi Yesus, yang lahir sebagai Raja Yahudi. Sebagaimana ratu Sheba (Balqis) membawa hadiah kepada raja Salomo (Sulaiman). Bahkan seperti sekarang ini, para tamu negara pasti membawa hadiah atau cindera mata apabila datang ke White House (Gedung Putih) untuk menemui presiden.

Jadi kebiasaan menukar hadiah ini bukanlah dari ajaran Kristen, melainkan hanya merupakan pelestarian tradisi lama yang dilakukan oleh orang-orang pagan (penyembah berhala). Di saat menjelang Natal atau Christmas yang katanya untuk menghormati Kristus dan menghidupkan ajarannya, justru orang-orang Kristen bertambah set back (jauh) dari ajaran Yesus.
.
Natal Memuliakan Tuhan ?
Ada dua alasan yang dipakai dasar oleh orang-orang yang menyelenggarakan Natal , sebagai cara untuk menghormati Yesus Kristus, meskipun mereka mengetahui bahwa perayaan itu warisan kepercayaan Paganisme:
1. Banyak yang mengajukan alasan: “Walaupun kita tidak mengetahui secara tepat hari kelahiran Yesus, apa salahnya kita memilih hari untuk merayakan ulang tahunnya.”
Kami akan menjawab dengan pasti “Tidak bisa”. Sebab dalam Catholic Encyclopedia (Eksiklopedi Katolik) telah dijelaskan:
“Sinners alone, not saints, celebrate their birthday = Hanya orang kafir, bukan orang-orang suci, yang merayakan hari ulang tahun mereka.”
Perayaan ulang tahun bukan berasal dari agama Kristen, melainkan dari ajaran agama kafir.
2. Ada pula yang beralasan: “Walaupun Natal itu kebiasaan orang-orang kafir (pagan) yang menyembah dewa matahari, tetapi kita tidak menyembah dewa tersebut, melainkan untuk menghormati Yesus Kristus.”
Tetapi sudahkah kita mendengarkan jawaban Tuhan melalui firmannya yang berbunyi sebagai berikut:
“Maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang tuhan mereka dengan berkata: “Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada tuhan mereka? Aku pun mau berlaku begitu.” Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap Tuhanmu. Sebab segala yang menjadi kekejian bagi Tuhan, apa yang dibenciNya, itulah yang dilakukan mereka bagi tuhan mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi tuhan mereka.” (Ulangan 12:30-31)

Tuhan berfirman dengan jelas dalam kitab suciNya, bahwa Dia tidak mau menerima dalam bentuk penyembahan yang menyerupai atau meniru cara penyembahan orang-orang kafir kepada tuhannya. Cara penyembahan seperti itu sangat menjijikkan bagi Tuhan. BagiNya, pemujaan yang demikian itu tidak layak untukNya, melainkan hanya pantas untuk memuja berhala. Sebagaimana yang sering kita dengar, Tuhan melarang kita menyembahNya hanya dengan “menurut kata hati kita sendiri.” Yesus telah bersabda:
“Allah itu Roh, dan barang siapa yang menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” (Yohanes 4:24)
Dan apa yang dimaksud dengan kebenaran itu? Firman Tuhan atau Kitab suci Bibel itulah kebenaran. Sebagainya sabda Yesus yang berbunyi sebagai berikut:
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; FirmanMu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17)

Di Dalam Bibel sendiri, secara jelas Tuhan berfirman bahwa Dia tidak mau menerima penyembahan kepadaNya, dengan meniru cara penyembahan para penyembah berhala. Begitu pula cara yang dipakai untuk mengagungkan dan memuliakan Yesus Kristus.
Ingatlah sekali lagi, peringatan Yesus yang berbunyi:
“Percuma mereka beribadah kepadaku, sedangkan ajaran yang mereja ajarkan ialah perintah manusia.”

Natal atau Christmas adalah tradisi dan ajaran manusia, sedangkan ajaran Tuhan telah melarangnya. Selanjutnya Yesus bersabda lagi:
“Sungguh kamu telah menolak ajaran Tuhan, tetapi kamu mengikuti ajaran tradisimu sendiri.”
Alangkah tepat firman-firman Tuhan yang dilontarkan kepada berjuta-juta orang yang melakukan Natal itu. Mereka mengabaikan ajaran Tuhan. Tuhan melarang pemujaan yang meniru adat kaum kafir penyembah berhala, tetapi dengan senang hati kita melanggarnya. Tuhan berfirman:
“Janganlah kamu berbuat demikian terhadap Tuhanmu.”

Ternyata hampir semua orang menganggap ringan larangan itu. Atau karena tidak memiliki dasar agama yang kuat, akhirnya mereka mengikuti tradisi kebanyakan orang-orang untuk merayakan Natal .
Jangan salah! Tuhan membiarkan anda untuk berbuat semaunya dan tidak mengikuti petunjukNya. Tuhan membiarkan kita tenggelam dalam keramaian dan mengikuti tradisi orang-orang. Bahkan Dia akan membiarkan kita berlumuran dosa. Tetapi, Tuhan juga telah memerintahkan kita tentang datangnya hari perhitungan atau pembalasan. Jika kamu menanam, niscaya kamu akan memetik hasilnya. Yesus adalah firman Tuhan yang hidup, sedangkan Bibel adalah firman Tuhan yang tertulis. Dan kita akan diadili sesuai dengan ketetapan yang telah digariskan dalam firman tersebut. Kita pun tidak bisa mengelak dan mengabaikannya.
Untuk menampik tudingan perayaan tradisi kafir, biasanya para penginjil berkilah, “Kalau kini Natal dirayakan sepenuhnya untuk kepentingan rohani dan setiap orang Kristen dapat bertumbuh dewasa karenanya, maka kaitannya dengan sejarah agama purba itu tentu saja bisa diabaikan” (Majalah Kristen Rajawali edisi Desember Th. XII no. 12 hlm. 16).
Alasan ini sudah tidak relevan. Jauh-jauh hari Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat,  telah membantahnya dengan mengutip Catholic Encyclopedia: “Sinners alone, not saints, celebrate their birthday.” Hanya orang kafir, bukan orang-orang suci, yang merayakan hari ulang tahun mereka!!