Ajarannya disebut "Yudaisme" karena  bersifat ke-bangsa-an dan khusus bagi bangsa Yahudi atau Bani Israil,  yaitu ajaran yang berasal dari agama yang diturunkan Allah untuk bani  Israil dengan perantaraan utusan-Nya yaitu Musa a.s. Kitab sucinya  dinamakan Thaurat (wasiat lama) yang aslinya tidak ditemukan lagi  sekarang.
Agama bangsa yahudi diperoleh dari  Ibrahim a.s., melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s. Agama bangsa  Yahudi dipercaya diperoleh dari garis keturunan Ibrahim a.s., kemudian  dilanjutkan melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s.
Menurut alur Al-Kitab asal usul bangsa  Yahudi adalah keturunan salah satu cabang ras Semitik purba yang  berbahasa Ibrani (kejadian 10:1, 21-32;1) (tawarikh 1:17-28, 34;2:1,2).  Hampir 4000 tahun yang lalu, Ibrahim nenek moyang mereka beremigrasi  dari kota besar Ur Kasdim yang sangat makmur di Sumeria ke negeri  Kanaan. Darinya garis keturunan orang Yahudi dimulai dengan Ishak  puteranya dan Yakub cucunya, yang namanya diubah menjadi Israel  (kejadian 32:27-29).
Israel mempunyai 12 putera, yang menjadi  pendiri 12 suku. Salah seorang dari mereka adalah Yehuda yang akhirnya  dari namanya berasal kata "Yahudi" 2 raja 16:6, JP.
Diantara garis keturunan tersebut, bagi  bangsa Yahudi Musa a.s. mendapat tempat yang sangat istimewa meskipun  Isa a.s. juga diutus untuk bangsa Israel. Musa dianggap memenuhi peranan  penting sebagai perantara perjanjian Taurat yang Allah berikan kepada  Israel, disamping sebagai nabi, hakim, pemimpin dan sejarawan (Keluaran  2:1-3:22).
Agama ini percaya pada keesaan Tuhan  secara mutlak (monoteis) dan menganggap Allah turun-tangan dalam sejarah  manusia, khususnya berkenaan dengan orang Yahudi. Ibadat bangsa Yahudi  menyangkut beberapa perayaan tahunan dan berbagai kebiasaan. Meskipun  tidak ada kredo atau dogma yang diterima oleh semua orang yahudi  mengenai keesaan Allah yang dinyatakan dalam Shema, yaitu doa  berdasarkan kitab Ulangan 6:4, merupakan bagian terpenting ibadat  sinagoge:
"Dengarlah, Hai bangsa Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa".
Pada mulanya Nabi Musa a.s. mengajarkan  kepada umatnya tentang ada dan esanya Allah. Tetapi ajaran murni ini  akhirnya berubah karena sifat "exclusive nasionalistic" penganutnya.  Perubahan tersebut dapat dilihat dari sumber prinsipil Syahadat mereka  "Schema Yisrael, adonai alaheynu adonai achud" Ulangan: [6][4] yang  didalam pelaksanaannya rasa kebangsaan diatas segalanya sehingga keesaan  Allah sendiri menjadi kabur.
Ajaran Yudaisme tidak menyebut adanya  hari kiamat, akhirat, siksaan pada hari akhirat dan pembalasan dalam  bentuk pahala. Mereka tidak membicarakan keselamatan pribadi  penganut-penganut ajaran mereka. Kepada mereka selalu diindoktrinasikan  adanya kejayaan yang abadi dipalestina sebagai negara yang dijanjikan  Tuhan bagi minoritas Yahudi, satu-satunya umat yang berhak mewarisi bumi  Tuhan sebagai umat yang terpilih.
Hingga kini kita dapat melihat mengapa  Israel begitu ngotot menguasai Palestina dengan menteror semua bangsa  yang bukan Yahudi agar minggat dari tanah Palestina.
Peribadatan mereka dilakukan terutama  pada hari sabtu mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Segala  pekerjaan tangan seperti menyalakan lampu, memadamkan api dan  lain-lainnya terlarang pada hari tersebut. Pelanggaran terhadap  ketentuan diatas diberi ancaman keras. Mereka dianjurkan berjamaah dan  minimal 10 orang dan dilakukan tiga kali sehari. Sebelum sembahyang  mereka juga berhadas dan mengambil wudhu. Di dalam sembahyang mereka  diharuskan memakai penutup kepala.
Puasa mereka dilakukan pada hari-hari  tertentu, seperti "Yom Kippur" selama 24 jam, tanggal 10 bulan Tishri  dan setiap hari senin dan kamis. Didalam kitab Imamat orang lewi Thaurat  [10]:[9], [10]:[11] minuman yang memabukkan terlarang bagi setiap  penganut ajaran Yudaisme. Larangan ini tidak pernah diperdulikan, malah  minuman keras merupakan suatu keharusan didalam upacara-upacara  keagamaan dan mereka meminumnya atas nama Tuhan.
Setiap orang yahudi tidak mempunyai  kewajiban untuk menyampaikan ajaran mereka kepada orang-orang yang bukan  keturunan Yahudi, sehingga ajaran mereka bersifat "non missionary".  Orang Yahudi tidak mengakui adanya Nabi Isa a.s. Mereka menentang sekali  ketuhanan Isa atau Yesus yang diajarkan oleh agama Kristen. Juga tidak  mengenal pejabat agama (hirarki gereja).
Bangsa Yahudi mendasari doktrin keagamaan mereka atas dasar Sepuluh perintah Tuhan yakni:
- Jangan ada padamu Allah selain Aku.
 - Jangan membuat bagimu patung, atau yang menyerupai apapun yang ada  dilangit diatas, atau dibumi ......dibawah, atau didalam air dibawah  bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya...(pada  permulaan zaman ini, sekitar 1513 SM, perintah unik dalam penolakannya  mengenal penyembah berhala).
 - Jangan engkau bersumpah palsu demi Tuhan Allahmu....
 - Ingatlah hari Sabat dan peliharalah suci. ... Tuhan memberkati hari Sabat dan menyucikannya.
 - Hormatilah ayahmu dan ibumu...
 - Jangan membunuh.
 - Jangan berzina.
 - Jangan mencuri.
 - Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu.
 - Jangan mengingini rumah sesamamu...isteri...hamba laki-laki atau  perempuan...lembu atau keledainya, atau apapun milik sesamamu (keluaran  20:3-17).
 
Namun sejatinya kaum yahudi masa kini lebih menitik beratkan kepada talmud yaitu kitab yang paling mereka agungkan lebih dari pada taurat. Agama kristen memiliki sejarah  kekisruhan terlama didunia, meski diakui bahwa ajarannya bersumber dari  Yesus (Nabi Isa a.s.) tetapi penelusuran sejarah menunjukkan bahwa  peranan Yesus (Nabi Isa a.s.) dalam ajaran kristen masa kini sudah  kehilangan eksistensinya, karena sebagian besar isi kitab Injil adalah  tulisan seorang Yahudi yaitu Raul/Paul yang belakangan disebut sebagai  Paulus.
Istilah Kristen sesungguhnya juga bukan  berasal dari nama yang dibawa oleh Nabi Isa a.s. (Yesus) istilah Kristen  muncul dan erat hubungannya dengan peristiwa penyaliban Yesus  (Cross-salib) dari istilah inilah kemudian muncul istilah Kristus (orang  yang disalib) dan pengikutnya disebut sebagai umat Kristen. sementara  sebutan Nasrani bagi penganutnya bersumber dari sejarah perjalanan  Dakwah Yesus di tanah Nazareth (Nasharo). Sebagian lagi mengatakan  Nazareth adalah tempat kelahiran Yesus. Akan tetapi sebagian orang  Kristen menyangkalnya, menurut mereka Yesus lahir di Bethlehem. Hal ini  dihubungkan dengan persoalan nubuat yang akan dibahas kemudian.
. 
Sebagian dari sarjana telah  menitikberatkan perhatiannya pada tulisan-tulisan Paulus dalam Kitab  Perjanjian Baru, yang dimulai oleh F.C. Baur dari Tübingen. Mereka  mengatakan bahwa dalam Perjanjian Baru terdapat dua aliran yang sangat  bertentangan satu sama lain, yaitu ajaran-ajaran Yesus dengan  ajaran-ajaran Paulus. Bagi mereka, ajaran Yesus telah diubah oleh Paulus  sedemikian rupa,  sehingga pada hakikatnya Pauluslah yang merupakan  pendiri agama Kristen yang dianut oleh banyak orang saat ini.
Ketika Yesus mengajarkan bahwa manusia  dapat mencapai kerajaan surga dengan bertobat dan berbuat baik, maka  Paulus mengatakan bahwa dosa manusia telah ditebus Yesus. Dengan  menyadari dosa yang telah dilakukannya dan menyelami kejahatan manusia.  Paulus mengembara meletakkan tiang-tiang agama Kristen dengan doktrin  tentang Yesus sebagai penebus dosa, yang telah membebaskan manusia sejak  jatuhnya Adam.
Ajaran penebusan dosa oleh darah Kristus  atas umat manusia, suatu dosa yang menurut ajaran Gereja dibawa sebagai  warisan turun temurun sejak jatuhnya Adam, yang merupakan bagian dari  skema Tritunggal, kemudian ditentang pula oleh kaum Kristen sendiri.  Pada abad kelima, Pelagius menyatakan dengan tegas di Roma, bahwa dosa  adalah suatu perbuatan, bukan suatu keadaan setiap manusia bertanggung  jawab atas dosanya sendiri. Dengan keyakinan yang sempurna Paulus  mengajarkan Injilnya tentang Yesus yang tidak diajarkan Yesus dalam  Injil-injil sinoptik.
Tatkala Yesus mengatakan dengan tegas  kepada dua belas muridnya: "Jangan kamu menyimpang kejalan bangsa lain  atau masuk kedalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada  domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius, 10:5-6) dan  mengatakan "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat  Israel" (Matius, 15:24).
Paulus kemudian menentangnya, karena  kelemahannya (Isa a.s.) menghadapi orang Yahudi, dan kemudian ia  mengembara kenegeri-negeri orang kafir. (Kisah Para Rasul, 22:18-21).  Yesus yang sejak awal sampai akhir hidupnya bertindak sesuai dengan  hukum Taurat, yang menyuruh manusia menaati Musa (Markus, 1:44)  dan  yang mengatakan:
"Janganlah kamu menyangka bahwa Aku  datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi. Aku datang  bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya" (Matius,  5:17). Paulus dengan tegas menentang: "sebab tidak seorangpun yang dapat  dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena  justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Roma, 3:20).  "sebab kamu  tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada dibawah  hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia" (Roma, 6:14). "sebab  sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian  Kristus" (Galatia, 2:26).
Adanya pertentangan kedua injil ini  Wrede berkata: "Maka terdapatlah suatu celah yang tak terhubungkan  antara Yesus dan Paulus. Paulus adalah pendiri kedua dari agama Kristen.  Pendiri kedua ini tidak syak lagi bertentangan dengan pendiri yang  pertama dalam keseluruhannya dan yang terkuat - tetapi tidak lebih  baik".
Teolog-teolog itu bertanya: hak apakah  yang dipergunakan oleh Paulus untuk mengubah atau menghapus hukum  Taurat, sedangkan dia bukanlah Kristus atau Messias, bukan Nabi, malah  bukan murid Yesus. kekuasaan apa yang dipergunakannya untuk berkata:
 "Jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna  bagimu" (Galatia, 5:2), sedangkan Yesus (Lukas, 2:21) dan seluruh  muridnya bersunat.
. 
Dengan meragukan keaslian Injil, kaum  terpelajar berpendapat, bahwa dogma Tritunggal dan skemanya, seperti  penebusan dosa dengan darah Yesus (atonement) yang tidak dapat diterima  oleh akal, bukanlah ajaran Yesus. Kaum terpelajar berpendapat bahwa  ajaran Tuhan Bapa telah masuk kedalam ajaran Kristen dari paham Yunani.  Mitos Yunani mengenai istilah Zeus-Pater atau Yupiter sebagai Tuhan  Bapa.
Demikian pula tentang penjelmaan Tuhan  kedalam tubuh manusia yang merupakan ajaran Yunani, telah masuk pula  kedalam ajara agama Kristen. Dalam ajaran agama Kristen, meskipun ibu  Yesus yang bernama Maria bersuamikan Yusuf situkang kayu, tetapi sebelum  Maria kawin dengan Yusuf, yaitu sejak mereka bertunangan, Maria telah  mengandung dan melahirkan Yesus. Dan Yesus adalah anak Tuhan. Menurut  sarjana-sarjana, cerita ini sama dengan cerita Herkules sebagai anak  dari Tuhan Bapa yang bernama Zeus-Pater.
Ibu Herkules,  Alkmene, telah mengandung  dan melahirkan anak (dengan Tuhan Bapa) yang bernama Herkules. Jadi  kedua-duanya, Yesus dan Herkules, beribu manusia tetapi berayahkan Tuhan  Bapa. Kedua-duanya adalah Anak-Tuhan, keduanya adalah Tuhan.
Anehnya kedua cerita ini bersamaan pula  dengan dongeng atau cerita agama Hindu. Krishna, juga beribukan manusia,  yaitu Devanaki, penjelmaan dari Wishnu sebagai anak Tuhan dan ayahnya  adalah juga Tuhan Bapa atau Zupitri, yaitu Brahma. Krishna adalah Tuhan  atau anak Tuhan, tepat seperti Kristus. Para ahli sejarah agama Jerman,  seperti Bruno Freydank, Prof. Rudolf Seydel, Dr. Hubbe-Scheiden, Th.  Schultze, K.E. Neumann membuktikan pula bahwa sebenarnya agama Kristen  mempunyai hubungan erat dengan Hinduisme.
Mereka memastikan bahwa agama Kristen tumbuh dari Hinduisme dan Budhisme.
Ini dapat diterangkan menurut persamaan  dengan apa yang kita temui dalam cerita Herkules; Bapanya bernama Zeus,  namun ayahnya-manusianya adalah Amphitryon. Demikian pula Yesus, menurut  Matius, disamping Anak Tuhan juga disebut anak Yusuf. Dongeng Herkules  tertua menyebut Amphitryon disebut tunangan Alkmene. Demikian pula yang  dikhotbahkan dalam Injil Matius.
Persamaan ajaran-ajaran dan  dongeng-dongeng Yunani dengan ajaran-ajaran Gereja begitu banyaknya,  sehinggga sebagian besar sarjana berpendapat bahwa cerita-cerita dalam  Injil-injil itu pada hakikatnya adalah mitos-mitos yang dibuat-buat  manusia.
Sebagian kristolog membuktikan bahwa ada  hubungan antara ajaran-ajaran Kristen dengan dongeng Yunani, maka  sebagian lagi membuktikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara  dongeng-dongeng Hindu dan ajaran-ajaran Gereja.
Bagi mereka,  ajaran-ajaran dan mitos Hindu telah dipakaikan busana dan perhiasan  Barat serta dinamakan agama Kristen, tetapi kerangka dasarnya tetap  ajaran Hindu. Th. J. Plange berkata:
"kita tidak mendapat kabar baru tatkala  kita mendapatkan bahwa penjelmaan Tuhan menjadi manusia, yaitu turunnya  Tuhan keatas bumi untuk menebus dosa makhluknya, yang dasarnya agama  Hindu. Setiap orang akan mengetahui apabila mereka membaca buku Hindu.  Seterusnya kitab-kitab suci agama Kristen diambil dari dongeng-dongeng  Hindu, dari cerita Krishna dan Budha, adalah sangat mungkin dan dapat  dianggap hampir pasti. Dalam penyatuan kedua dongeng-dongeng keagamaan  dari India yang penting ini, dengan mudah kita menemukan lagi seluruh  bagian keempat Injil Kristen yang penting itu.
Akhirnya terbukalah rahasia kepada para  Ahli ini. Memang bahasa Sansekerta serta dongeng-dongengnya bersamaan  dengan bahasa serta dongeng-dongeng Yunani. Kedua aliran ini, Yunani dan  Hindu, dalam ukuran tertentu, telah mempengaruhi agama Kristen. Namun  yang menjadi pertanyaan ialah, bagaimanakah ajaran-ajaran dan  mitos-mitos ini memasuki Perjanjian Baru? Banyak sarjana mengemukakan  pendapatnya.
David Friedrich Strauze mengatakan bahwa  mitos-mitos dalam Perjanjian Baru timbul karena kehendak  penulis-penulis Injil, bahwa nubuat dalam Perjanjian Lama harus  dipenuhi. Begitu juga keajaiban Yesus, katanya, merupakan  penjelmaan-penjelmaan dongeng. Dikemukakannya dalam bukunya 'Das Leben  Jesu' atau 'Riwayat Hidup Jesus', bahwa riwayat Jesus terbagi dalam dua  bagian, yaitu "Yesus dalam batas-batas sejarah" dan "riwayat dongeng  Yesus dalam kejadiannya dan pertumbuhannya" yang terakhir ini  menerangkan bagaimana timbulnya dongeng Yesus sebagai Anak Tunggal Tuhan  yang turun untuk menebus dosa manusia, dari mana asalnya ceritera  bintang yang jalan dilangit dan berhenti ditempat kelahiran Yesus,  bagaimana timbulnya pemenuhan nubuat dalam Perjanjian Baru yang  dipaksakan; karena Messias yang dijanjikan itu haruslah anak Daud, maka  penulis Injil telah membuat kesalahan ketika mengatakan bahwa bapak  Yesus adalah Yusuf, tunangan Maria yang berasal dari turunan Daud,  sedangkan Yusuf bukanlah ayah Yesus, sebab Yesus telah dinyatakan  sebagai Anak Tuhan Bapa oleh penulis Injil.
Demikian pula Strausz berpendapat, bahwa  ia juga membuktikan bahwa Perjanjian Baru bukanlah merupakan pencatatan  kitab pada zaman Yesus, tetapi baru ditulis lama berselang setelah  Yesus wafat. Ia mengatakan bahwa mitos-mitos itu timbul secara tidak  disadari.
Perjanjian Baru ditulis dengan tambahan  mitos-mitos yang secara tidak sadar dibentuk dalam masyarakat Kristen,  sebagai pernyataan untuk memenuhi kedatangan Messias yang dijanjikan  dalam Perjanjian Lama...Menurut Strausz, tatkala orang datang menemui  Yesus, mula-mula dalam jumlah sedikit, kemudian banyak, mereka berpikir  bahwa segala sesuatu harus terjadi padanya sebagaimana yang dinubuatkan  dan diterangkan dalam Perjanjian Lama...
Karena Messias itu haruslah anak  Daud sebagaimana yang dinubuatkan Mikha, maka ia harus dilahirkan di  Bethlehem. Karena Musa telah melakukan keajaiban-keajaiban, maka Yesus  harus pula melakukan keajaiban-keajaiban.
Karena Yesaya meramalkan bahwa  pada masa itu orang buta akan melihat, orang tuli akan dapat mendengar,  orang lumpuh akan meloncat seperti rusa jantan dan lidah orang bisu  akan dapat berbicara, maka orang-orang telah mengetahui sampai  kedetil-detilnya keajaiban-keajaiban apa yang harus dilakukan Yesus,  kalau beliaulah Messias yang dinanti-nantikan itu.
Sedangkan  sarjana-sarjana yang dipelopori Bauer berpendapat bahwa Philo-lah yang  turut bertanggung jawab membentuk medium yang memperkenalkan unsur-unsur  Yunani seperti Plato (428-389 Seb-M),
Heraklitus dan aliran Stoa kepada agama  Kristen. Orang Yahudi dari Alexandria inilah yang turut serta membentuk  wadah agama Kristen dengan memadukan ajaran-ajaran Yunani itu dengan  ajaran Yahudi, yang kemudian 'dijiplak' oleh penulis Injil. Karya Philo  adalah sumbangan pendahuluan ajaran Yahudi kepada ajaran Kristen;  filosof Yahudi ini telah mengerjakan falsafah Yunani sedemikian rupa,  sehingga merupakan bentuk awal agama Kristen, dengan melanjutkan  karya-karya Heraklius, Plato dan aliran Stoa.
Kisruh mengenai Tritunggal bermula dari  filsafat Neoplatonisme yang telah dimasukkan ke dalam Injil Yohanes  dengan mengambil istilah "Logos" yang berasal dari Plato itu, sebagai  Tuhan yang menjelmakan dirinya menjadi manusia.
Unsur-unsur  Neoplatonisme yang paling mencolok dapat dipelajari dari Injil Yohanes.  Injil ini paling menarik, karena timbulnya lama sesudah Masehi, dan  terpisah, tak bersamaan isinya dengan ketiga Injil Sinoptik, Injil  Matius, Injil Markus dan Injil Lukas. Oleh karena itu mereka memastikan  bahwa Yohanes ini bukanlah murid Yesus, melainkan seorang yang tidak  pernah dikenal pada zaman Yesus.
Tatkala Yohanes memulai Injilnya dengan  "Pada mulanya adalah Logos (Kalam atau Firman)... Dan seterusnya, maka  sesungguhnya Yohanes tidak menulis suatu penyaksian mata tentang  perbuatan dan ajaran Yesus, karena teori Logos ini bukanlah tradisi  Perjanjian Lama, melainkan dari bahasa filsafat Yunani.  Dengan  kata-kata ini Yohanes telah membawakan filsafat Neoplatonis dari Philo  dan lainnya. Mereka telah mengacaukan perkataan 'firman' dari Perjanjian  Lama dengan 'Logos' dari Plato dan kaum Platonis.
Kata 'firman' dalam Perjanjian Lama yang  berbunyi "Oleh firman Tuhan, langit telah dijadikan" (Mazmur, 33:6)  disamakan oleh kaum Neoplatonis dengan Logos lalu dimasukkan oleh  penulis-penulis Injil kedalam Perjanjian Baru. Firman atau perintah  Tuhan telah dijadikan Logos atau Tuhan itu sendiri, "yang segala sesuatu  dijadikan oleh Dia." Logos atau Tuhan itu sendiri telah menjadi daging  atau manusia sebagaimana bunyi Injil Yohanes. Dengan filsafat tersebut,  Yesus telah dijadikan daging penjelmaan dari Logos.
Yesus telah dijadikan Anak Tuhan yang  oleh karenanya adalah Tuhan juga. Sementara doktrin Tritunggal sendiri  diperoleh dari Injil Yohanes "Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di  surga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu..."  (Yohanes 1: 5-7).
Yang paling mengejutkan ialah, ajaran  penjelmaan Tuhan menjadi manusia merupakan wujud inkarnasi, adalah paham  inkarnasi dalam ajaran Hindu. Sehingga tak pelak lagi mereka  berkesimpulan Injil Yohanes ini jelas memasukkan paham ajaran Hindu  kedalam doktrin Kristen melalui filsafat Yunani. Disamping ajaran-ajaran  Tritunggal, ajaran penebusan dosa dan sebagainya, juga sakramen,  berasal dari Hinduisme, yang membaptiskan anak yang baru lahir disungai  Gangga atau dengan air suci.
Origenes (185-254), seorang Bapak Gereja  di Alexandria, umpamanya, malah mempercayai ajaran-ajaran reinkarnasi  Hindu. Para ilmuwan menyelidiki dan mengambil kesimpulan bahwa misi-misi  agama Hindu telah sampai ke Yunani maupun Alexandria, sebelum Yesus  lahir (O. Hashem: 1984).
Kisruh mengenai Tritunggal kemudian  meluas dengan dilakukannya kongres-kongres (Konsili Nisea) untuk  membahas mengenai ketuhanan Yesus mencapai waktu berabad-abad lamanya  dan menimbulkan perpecahan dan pembunuhan-pembunuhan bagi pihak yang  tidak sepakat pada aliran yang berkuasa.
Berbagai rentetan fakta sejarah  dan peristiwa diatas memberi pelajaran bagi kita bahwa, semakin jelas  keberadaan agama Kristen tidak lagi dapat dipertahankan argumennya bahwa  ia juga termasuk agama wahyu.